Cerita Panas (Cerpen)

Gambar: pixabay.com

"Ah... selesai juga," lirih Asep dalam hatinya sesaat setelah kalimat penutup itu dia genapkan pada paragraf utama yang menjadi inti dari cerita yang sedang ditulisnya.

Ini bukan hal mudah buat Asep! Demi misinya ini, jam di seberang dinding ruangan tempat dia terduduk pun telah menunjuk ke hari yang lain. Dan nyatanya, cerita asep belum juga selesai. Baru inti cerita yang dia pikir bisa mendobrak jumlah pembaca.

Sungguh, untuk kali ini dia sampai harus jungkir balik mencari diksi, mereka majas, menabir segala ketabuan dalam benaknya untuk menjadi layak, demi tulisannya tetap bisa ditampil, menggelitik, dan digilai di luar sana. Kalo mungkin, itu juga!

"Harus nyerempet-nyerempet, sepertinya!" komentar pertama itulah yang muncul di kepalanya saat tercengang melihat sebuah cerpen yang berhasil mengepul puluhan ribu pembaca hanya dalam waktu setengah hari mengapung di dunia maya.

Geleng-geleng kepala Asep tak percaya, tapi apa yang didepannya nyata tertera. No repost, lagi! Tanpa ada yang membagikan ulang postingan tersebut, loh! Makin dia tak menyangka efeknya bisa sedasyat itu.

Sedikit saja dibumbui syahwat, ternyata mengundang banyak peminat dan pembaca pun membludak. Apa bisa kaya mendadak? Asep tidak tahu! Yang pasti, dia jenuh dengan konsistensi jumlah pengunjung tulisan di blog-nya yang tak pernah lewat dari sebanyak jari yang ada di tangan dan di kaki.

Harus ada revolusi!

Meski belum tentu dia bakal sukses berjaya mengingat tak pernah Asep punya basis massa, tapi kali ini dia harus berani tampil menggila! Abaikan saja pakem-pakem kolot yang biasa meminta menyisip sedikit petuah dan berbuah setitik pula faedah. Toh, nyatanya, yang baca juga ogah!

Ini adalah jurus pamungkas untuknya setelah nama pena yang dia reka tak juga bisa banyak bicara. Apes!

Padahal, itu pun bukan barang mudah dia buat! Saepudin Soleh, nama aslina itu dia ubah setelah melewati 3 malam kontemplasi tanpa kopi karena lambungnya lagi ngadat waktu ilham itu dicari.

Tapi, mungkin asbab itu juga, nama yang muncul tetap saja tak menjual. Ayah September Tampan Jujur Haus Kasih Sayang, dia buat akronim menjadi, "Asep Tajur Halang"! Tetep ndeso!

Tidur dulu, Asep berniat meneruskan cerita panasnya besok pagi. Bagaimanapun, raganya harus diseling rehat biar nalar tetap terjaga sehat.

Dia geser tubuh Khaibar yang terlentang tak peduli arah menyita jatah lapaknya. Anak manja, sudah masuk SD masih saja minta tidur bertiga. Sejenak, dipandangi wajah polos tanpa dosa anaknya. Masih bersih, matanya seolah menggores kata bahwa dia masih tak tahu apa-apa.

Tersenyum Asep. Mengingat dari sebelum TK, anaknya sudah rajin meminta dibukakan internet. "Papi, donlot!" begitu, kerap Khaibar meminta, menunjuk video pamer mainan yang dia suka. Asep yang menganggapnya "ada-ada saja", tak mampu mengelak untuk meng-iya. Toh, kontennya tak berbahaya! Biarkan saja, fitur penyaringan usia di aplikasi yang dibuka anaknya, jelas, sudah dia aktifkan.

"Anak sekarang emang lebih lincah, mungkin pintar sebelum saatnya atau dewasa sebelum waktunya," guman asep.

"Dewasa sebelum waktunya?" kalimat itu tiba-tiba mengingatkan Asep pada tulisan yang sedang dikerjakannya.

"Sial!" beberapa hari lalu dia ingat anak temannya sudah mencoba menulis di aplikasi blog yang serupa dia punya. Di lain saat, dia tahu ada banyak anak SMP dan SMA yang sedang giat-giatnya mereka belajar. Ya, belajar mengenal dunia literasi di ruang yang juga dia tempati.

"Ah, tidakkah nanti malah tulisanku yang keliru berkontribusi!?" Sontak, Asep merasa tak enak hati dibuatnya. Bagaimana mungkin dia tega meracuni mereka yang sekadar ingin menghibur hati dengan sesekali menulis puisi.

"Abaikan, Sep!" Sisi batin Asep mencoba membela diri dengan fakta bahwa tak ada dia mengumbar vulgar di cerita panas yang hendak dibaginya. Sempurna! Asep telah berhasil mengganti diksi untuk segala gelora birahi yang dia coba personifikasi. Bingkainya pun telah dibuat serasa legal dengan judul berfrase rumah tangga yang tanpa noda. Tetap normatif, tak ada pelanggaran hukum dalam alur ceritanya.

"Apa lagi?"
"Menggeliat?"
"Itu kata umum, Coy! Menggeliat tak hanya untuk reaksi dari aktivitas tabu. Cacing kepanasan pun bisa menggeliat, menyerang ke segala arah ketika nyaman dia terusik. Sedikit ngeri, tapi biarlah, mungkin tuh cacing kurang cairan," sisi batin Asep terus bersorak menyeru pembenaran. Dia hampir sampai pada ujung keputusannya.

Sayang, batin yang lain ternyata tak sepenuhnya tertidur. Berpikir ulang pun harus kembali dilaku Asep mengingat sebagaimana bebas dia beralibi, bebas juga pembaca mem-visualisasi-kan. Mereka bisa saja tak adil memaknai. Asep mulai galau, jika pun dia tak men-zahar-kan, tak bisa dilarang pembaca untuk lanjut membayangkan.

Celaka! Bisa saja dia tetap berkontribusi untuk mereka terinpirasi, lantas bergegas menderu indah rupa nafsu badani.

Makin dipikir, makin saja dia terbawa tuk kembali mengingat apa yang sudah dia lalui. Bagaimanapun, dialah yang pernah menegur 3 anak gelandangan sesusia SD, dua cowo satu cewe, terbaring tak tertidur, bergerak tak berkata, di satu selimut sama di emper toko di samping tempat dia bekerja?

Dia juga yang sempat meneriaki untuk bubarnya berpasang anak SMP yang saling gandeng di balik semak gelap dekat gerbang kompleknya. Ah, terus, masih juga dia! Ya, dialah yang dulu, dulu banget, pada akhirnya harus pindah kosan karena pengaduannya soal kebo berkumpul di samping kamar yang dia sewa hanya berbuah cemooh dan penyebab dirinya dicap usil sama urusan orang.

"Sekarang? Yakin kamu masih kayak dulu, Sep?"
"Sok moralis!"
"Bukan, kamu cuma materialis kelas keciwis. Belum terlambat, Sep!"
"Heh, Iwan saja sudah tak syaratkan moral buat presiden! Loe siapa, Sep?"
"Buruh kere! Makanya repot kalo amoral loe, Sep!"
"Iya juga, ya. Terserah Loe dah, Sep! Yang pasti, sayang, tinggal finishing terus posting, nih! Lagian, yang lain aman-aman juga, kok!"

Terus saja dua batin Asep berebut, mengadu pengaruh tuk menangi kontestasi hati yang belum tentu mendapat ujung yang Asep cari.

Tertegunlah Asep. Dilihatnya lagi wajah lembut Khaibar yang larut dalam pulasnya. Ah, betapa sayang dia merasa, jika wajah-wajah serupa anaknya, esok hari malah jadi ternoda di mana ulahnya ada andil di sana. Makin gila Asep merasa pada akhirnya.

Khaibar sendiri adalah nama yang dia ambil sebagai simbol dari perlawanannya terhadap apa yang dia sebut sebagai penghancur generasi; pengusung bendera kesenangan bersemboyan triple F yang kian hari kian digandrungi. Asep menghembuskan nafas panjang, "Hmm ...."

Konyol! Sadar dari lamunnya, segera dia kembali bangkit dari kasur dan bergegas ke depan laptop yang sudah dia matikan sebelumnya.

Nyala, buka, dan dia akhiri semua dengan dua tombol beruntun. shift-del! Biarlah mereka, aku mah jangan!

Papi Badar,
Bandung, 16092018
Repost dari Plukme



Komentar

  1. Ayo daftarkan diri anda sekarang juga bersama kami hanya di www(.)lux188bet(.)com

    Dengan minimal deposit Rp.25.000,- saja, Anda bisa memainkan banyak jenis game judi online terlengkap di situs kami

    Hot Promo Dari Situs Judi Terbaik LUX188BET :
    -> Welcome Bonus 100% Untuk permainan slot online, live casino online & sportsbook online
    -> Bonus Next Deposit 10% Untuk permainan slot online, live casino online dan sportsbook online

    Customer service LUX188BET :
    -> WA : (+62)821-6663-6871
    -> Line : @lux188bet
    -> Live Chat : WWW(.)LUX188BET(.)COM

    Tunggu apa lagi ?? Segera gabung dan mainkan permainan favorit Anda di LUX188BET !!!

    BalasHapus
  2. Cari situs terpercaya yang punya pelayanan terbaik nan ramah dan memiliki bonus terbesar di Indonesia? Langsung aja akses situsnya di Q168BET Berbagai Bonus Dan Promo New Member Berbagai Bonus Dan Promo New Member :

    ❂ Welcome Bonus SLOT ONLINE 100%
    ☯ Welcome Bonus SPORTSBOOK 100%
    ♠ Welcome Bonus KASINO ONLINE 100%
    ♪ WB New Member 4x TO
    ✪ Bonus Next Deposit 10%
    ✿ BONUS CB DAN ROLL MINGGUAN
    - Minimal depo/wd: 25rb/50rb

    Whatsapp : 0822 3210 0848
    Link : www.Q168bet (DOT) club
    Klik :
    - Bonus New Member 100%
    - Q168BET | Agen Judi Game Slot Online Terpercaya di Indonesia
    Seluruh Indonesia

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Teu Nanaon Ngan Nanaonan?" Mencoba menyelami Celotehan Ustad Evie Effendi

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti