Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Naluri Seorang Ibu

Gambar
Gambar: pixabay.com Jika beberapa hari lalu ramai diberitakan tentang seorang ibu yang menganiaya anaknya yang masih bayi; pastilah ada masalah besar yang melatari kejadian semisal itu. Karena secara naluriah, takkan ada ibu yang tega menyakiti buah hatinya. Toh, dia bisa dipanggil ibu pun karena sudah beranak, kan? Anak manusia, ya! Bukan "darma wanita" atau "arisan". Lebih dari sekadar tidak menyakiti. Fitrah seorang ibu adalah mencintai, menyayangi, mengasihani, dan rela berkorban atau selalu mengutamakan kebutuhan anak-anaknya. Buat yang terakhir, kemarin saya saksikan sendiri buktinya. Di hari yang tengah ada pada puncak teriknya, melalui sudut mata, kutangkap sosok Wati tengah berjalan sedikit tergesa dengan makanan yang dibawanya. Apa yang dia pikirkan? saya tak paham. Dia tak menuliskannya di status wa atau fb. Bahkan, saat kutanya, "Dari mana, Mak?" Dia melengos. Sial, sombong sekali dia! Tapi, tak bisa dihindar, aku penasaran. Mataku

Kopi, Covid, dan Lokalisasi

Gambar
Ngopi. (dok. Pribadi) Setelah libur Idul Adha yang memepet ke akhir pekan, di bulan agustus beruntun juga tanggal-tanggal merah yang hadir menyertai libur reguler; sabtu dan minggu. Tentu saja, bagi sebagian orang hal tersebut menjadi momen yang sayang jika tidak dimanfaatkan untuk sejenak lepas dari rutinitas keseharian yang menjenuhkan. Riuh tagline pandemi pun perlahan mulai tak terlalu dipusingkan. Semua seolah sejalan. Hasrat masyarakat yang sekian lama tertahan, diamini oleh semakin melempemnya himbauan "di rumah saja" yang kini tergeser oleh slogan "terapkan prorokol kesehatan" sebagai warning dari penyebaran corona yang masih juga belum selesai. Kini, tak ada lagi satgas yang keliling wilayah untuk membubarkan kerumunan, penutupan jalan, atau cek point di setiap perbatasan wilayah. Disengaja atau tidak, pelonggaran aturan terkait pencegahan wabah pada waktunya ternyata terjadi juga tanpa perlu menunggu kurva melandai, tanpa harus dikomandoi pemerin

Belajar dari Kebiasaan Anak Bermain di Rumah Temannya Ala Jerman

Gambar
foto: pixabay.com Sering saya terkagum dengan tingkah Si Sulung; salah satunya, dalam urusan dia bermain ke rumah temannya. Hal ini menjadi menarik karena masih tak seragamnya pemikiran orang tua dalam menyikapi anak-anaknya saat mereka bermain ke rumah temannya, atau sebaliknya. Temannya yang bermain di rumah kita. Misal, pernah saya sampai terbengong saat anak pertama saya tiba-tiba masuk rumah mencari ibunya--sebelumnya dia sedang bermain sepeda di luar--dan bilang, "Bu, aku mau main sama Si A, ya?" Aku yang mendengarnya merasa sedikit aneh. Pan dari tadi juga dia lagi main di luar rumah? Ya sok saja da judulnya juga masih sama, main. Heran.... "Iya... sok aja!" Ibunya menjawab dari dalam kamar. Dia tak lantas pergi. Saya yang lagi duduk di ruang tengah meliriknya sambil tersenyum sebagai isyarat mempersilahkan. Tapi dia masih belum beranjak untuk kemudian kembali bertanya, "Sampai jam berapa, Bu?" "Mmh... Jam lima saja!" S

Terawan - Nadiem, Dua Menteri Viral yang Membingungkan

Gambar
dr. Terawan dan Nadiem (foto: Tribun Kaltim) Tak ada keputusan yang memuaskan semua pihak. Layaknya kisah Luqmanul Hakim dengan keledainya, pendapat negatif terhadap sebuah permasalahan selalu muncul sejurus seseorang menilai dari sudut pandang mana dia melihat. Beberapa waktu lalu, setelah Bapak Presiden mengumumkan menteri-menterinya dalam kabinet indonesia maju, ada satu lintasan tanya yang muncul di benak saya saat mendapati dua nama muncul, dr. Terawan dan Nadiem Makarim, masuk dalam deretan 34 menteri dalam kabinet tersebut. "Apa bukan karena sempat viral saja dua orang ini terpilih?" Terawan yang jagoan Pada perjalanannya, kebijakan tersebut menemui ujian yang seolah meng-amin-kan, tanya saya tadi. Di awal pandemi covid-19 muncul di tanah air, Terawan sebagai Menteri Kesehatan dengan gaya jagoan, menganggap remeh dengan menyatakan virus corona atau covid-19 tak lebih berbahaya dengan flu biasa. Ternyata... dari perkembangan yang selalu di update media, virus ini terus