Belajar dari Kebiasaan Anak Bermain di Rumah Temannya Ala Jerman

foto: pixabay.com

Sering saya terkagum dengan tingkah Si Sulung; salah satunya, dalam urusan dia bermain ke rumah temannya.

Hal ini menjadi menarik karena masih tak seragamnya pemikiran orang tua dalam menyikapi anak-anaknya saat mereka bermain ke rumah temannya, atau sebaliknya. Temannya yang bermain di rumah kita.

Misal, pernah saya sampai terbengong saat anak pertama saya tiba-tiba masuk rumah mencari ibunya--sebelumnya dia sedang bermain sepeda di luar--dan bilang, "Bu, aku mau main sama Si A, ya?"

Aku yang mendengarnya merasa sedikit aneh. Pan dari tadi juga dia lagi main di luar rumah? Ya sok saja da judulnya juga masih sama, main. Heran....

"Iya... sok aja!" Ibunya menjawab dari dalam kamar.

Dia tak lantas pergi. Saya yang lagi duduk di ruang tengah meliriknya sambil tersenyum sebagai isyarat mempersilahkan. Tapi dia masih belum beranjak untuk kemudian kembali bertanya, "Sampai jam berapa, Bu?"

"Mmh... Jam lima saja!"

Sempat melihat jam, waktu itu jam empat sore lewat sedikit, dia pun akhirnya pergi setelah mendengar instruksi ibunya.

"Taat banget dia sama kamu?" sindir saya ke istri tak lama setelah Si Sulung pergi.

"Ibu gitu, loh! Hehe...." tandas istriku bangga.

Bagi saya, itu luar biasa. Di saat kebanyakan teman-temannya pergi bermain tanpa merasa perlu meminta izin orang tua mereka, dia selalu meminta izin. Kala umumnya yang lain bermain sampai adanya alarm berupa teriakan dari orang rumah, dia malah terbiasa membuat kesepakatan durasi yang bisa dia pakai buat bermain.

Keunikan lainnya, anakku tak pernah "nyampeur" (mengajak/meminta) temannya untuk bermain bareng. Ada yang "nyampeur", dia pergi (kalo lagi pengen main, itu juga); nggak ada, ya main sendiri saja. Pun jika dia merasa tak nyaman saat bermain dengan temannya, tak ada kompromi apalagi drama, dia bakal memilih pulang.

Sebenarnya, saya sempat khawatir dengan kondisi dia yang seperti tak peduli dengan lingkungan sekitar rumah atau tak cakap bersosialisasi dengan anak-anak tetangga. Bahkan pernah, saya sampai nyuruh-nyuruh dia untuk mau bermain dengan teman-temannya.

Tahu pikiran saya seperti di itu, istri hanya meneruskan pendapat guru di sekolah Si Sulung yang mengatakan bahwa tak ada masalah dalam bersosialisasi dengan anak pertama kami tersebut.

Ok... anak itu emang dasarnya taat saja kali, ya? Kan runutannya jelas kalo gitu. Fix, pasti turunan dari sifat bapaknya! Haha....

Cuma bedanya, dia kok berasa lebih protokoler. Hal itu sejurus dengan cara istri menyikapi urusan main anak sama teman-temannya. Istri saya teguh dengan aturan tak tertulis yang ada di kepalanya dan itu harus diikuti oleh anak-anak selama mereka bermain. Baik anak kami, maupun anak tetangga.

Penasaran, saya sempat bertanya tentang bagaimana kebiasaan anak-anak bermain di rumah temannya di Jerman sana. Hal ini terkait istri saya yang jurusan Bahasa Jerman dan sedikit tahu tentang budaya umum mereka karena pernah tinggal di sana. Mungkin saja dia terpengaruh dengan gaya mereka, kan?

Langsung saja, begini penuturannya:

1. Jika anak hendak bermain ke rumah temannya maka yang meminta izin itu orang tuanya. Jadi, nggak ada cerita Si Anak yang langsung datang sambil setengah teriak memanggil-manggil di depan rumah temannya. Biasanya dihubungi via telefon terlebih dahulu dan setelah diizinkan, baru Si Anak datang diantar orang tua atau orang yang dipercaya orang tuanya.

2. Durasi bermain disepakati di awal. Setiap keluarga tentu mempunyai agenda dan kebiasaan masing-masing, durasi atau lama bermain ini disesuikan dengan kepentingan tersebut.  Saat waktu bermain habis, orang tua atau wakilnya akan menjemput Si Anak dari rumah temannya.

3. Sebelum bermain biasanya kebutuhan makan minum sudah dipenuhi dulu di rumah. Jadi, agendanya memang hanya buat main (bukan numpang makan! Wkkk). Tapi, jika pun mau diberi makan atau minum, maka orang tua yang dikunjungi biasanya bertanya terlebih dahulu apakah boleh atau tidak. Menawari makanan, camilan, minuman, tanpa sepengatahuan orang tua anak dianggap tidak sopan.

4. Orang tua anak yang berkunjung (visitor) akan berpesan tentang hal-hal yang tak diperkenankan dilakukan oleh anaknya. Biasanya, dan memang paling ditekankan adalah soal tontonan. Orang tua Si Visitor akan memberikan catatan tentang program-program tv apa saja yang tidak boleh ditonton oleh anaknya.

Nah, kurang lebih itulah empat poin hasil dari sharing saya dengan istri soal bagaimana kebiasaan anak-anak bermain di rumah temannya di Jerman sana. Eits, tapi belum tentu di seluruh jerman budayanya seperti itu, ya! Ini kan bukan hasil penelitian...hehe. Sampel dan waktu pengamatannya terbatas. Tapi, terlepas hal tersebut, jika hal di atas dirasa baik, semoga saja itu bisa diadaptasi oleh Ayah / Bunda sekalian, ya!

Papi Badar
Bandung, 13-08-2020
#parenting #sosialisasianak #kebiasaanbermainanak #bertemananak #pendidikananak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Hirup Tong Kagok Ngan Tong Ngagokan!" Masih Mencoba Menyelami Colotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya