Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Ketinggalan Kereta (Cerpen)

Gambar
  KRD (dok.pribadi) Tak seperti biasa, hari itu Atep berangkat kerja dengan tergesa. Keluar rumah, segera dia memanggil ojek yang mangkal di belokan. . “Mang Udin, hayu!” “Kemana?” “Stasiun. Cepet, kesiangan ini!” “Siap!” . Udin yang masih tetangga Atep merasa bertanggung jawab atas berhasilnya Atep datang kerja tepat waktu. Segala kemampuan sebagai ompang senior pun dia kerahkan. Lewat turunan tak pakai rem; angkot ngeyel dia timpukin, eh klaksonin; bahkan tiga tronton parkir pun mampu dia salip tanpa hambatan. Tsaaah! Hingga akhirnya dia tiba di stasiun pukul 06:16. . Belum juga Atep menginjakan kaki di teras stasiun, “Ngoook... jes jes!” Kereta yang harusnya mengantar Atep berangkat kantor itu melengos pergi tanpa pamitan. Jadwal keberangkatannya memang 06:15. . Dengan tangan memegang erat tali tas jinjingnya, Atep hanya mampu berdiri terpaku sambil melihat KRD tercintanya melaju menjauh. Dia membatin, betapa tega kereta yang setia dia gunakan tiap pagi itu t

Everyone Has Their Own Clock

Gambar
  Suatu waktu seorang teman sempat mengirim video motivasi kepada saya tentang setiap orang memiliki waktunya sendiri-sendiri dalam meraih apa yang dia impikan. Everyone has their own clock, begitu kurang lebih judul videonya. Entah terkait apa kirimannya kala itu, saya lupa. Hanya saja, pesan dari kiriman tersebut kini menjadi sangat relevan bagi saya. Terlebih, di usia saya yang qadarullah sudah menginjak kepala empat ini. Life begins at forty! Begitu teman saya yang lain kerap kali berseloroh. Empat puluh tahun tanpa pencapaian yang mengagumkan? Mmh.... Sulit sekali untuk saya dapat menyangkal pertanyaan tersebut jika saja tak takut terjerumus pada kekufuran atas segala Karunia Allah SWT yang tak pernah hentinya Dia Curahkan. Sebagai seorang manusia yang selalu saja miliki pengharapan lebih, sepertinya, hampir tidaklah mungkin untuk tak memiliki ketidakpuasan dalam hidup. Pun saya pribadi, menjelang usia 40, ceritanya, saya selalu bercita-cita untuk bisa menerbitkan buku sen

Tahu Diri

Gambar
dok.pribadi Gema tahrim mengiring terjagaku di sepenggal waktu sebelum subuh tadi pagi. Bersyukur, akhir-akhir ini aku selalu tertidur di sekitaran jam 10 malam, karenanya bisa terbangun sebelum subuh datang. Alhamdulillah! Entah itu tak sengaja tertidur di ruang tamu, depan tivi, atau memang terlelap di atas kasur dengan headset masih terpasang. Gimana datangnya kantuk mengatup mata saja. .   Syukurnya lagi, kini hampir selalu kuucap Puji kepada Sang Illahi atas kesempatan yang Dia Beri untukku membuka mata kembali. Ritual yang umumnya hanya populer di rentang usia 5—10, ya? Puji syukur bagi-Mu yang telah Menghidupkan kembali kami setelah Mematikan, dan hanya kepada-Mu kami Dibangkitkan. .   Kenapa? Ya, karena aku dipaksa untuk itu. .   Terlalu banyak lintasan peristiwa yang memaksaku untuk mengakui bahwa tak ada kuasa sedikitpun diri ini untuk memastikan satu dua jenak ke depan hidup akan berjalan sebagaimana biasanya. Ya, biasanya sekalipun! Tak usah ditambah emb