Ketinggalan Kereta (Cerpen)

 

KRD (dok.pribadi)

Tak seperti biasa, hari itu Atep berangkat kerja dengan tergesa. Keluar rumah, segera dia memanggil ojek yang mangkal di belokan.

.

“Mang Udin, hayu!”

“Kemana?”

“Stasiun. Cepet, kesiangan ini!”

“Siap!”

.

Udin yang masih tetangga Atep merasa bertanggung jawab atas berhasilnya Atep datang kerja tepat waktu. Segala kemampuan sebagai ompang senior pun dia kerahkan. Lewat turunan tak pakai rem; angkot ngeyel dia timpukin, eh klaksonin; bahkan tiga tronton parkir pun mampu dia salip tanpa hambatan. Tsaaah! Hingga akhirnya dia tiba di stasiun pukul 06:16.

.

Belum juga Atep menginjakan kaki di teras stasiun, “Ngoook... jes jes!” Kereta yang harusnya mengantar Atep berangkat kantor itu melengos pergi tanpa pamitan. Jadwal keberangkatannya memang 06:15.

.

Dengan tangan memegang erat tali tas jinjingnya, Atep hanya mampu berdiri terpaku sambil melihat KRD tercintanya melaju menjauh. Dia membatin, betapa tega kereta yang setia dia gunakan tiap pagi itu tega berangkat tanpa sedikitpun tolerasi untuknya. Dia hanya telat datang satu menit, padahal!

.

“Tega!” lirihnya sambil balik kanan dan mencari tumpangan lain.

***

Tak ingin kejadian pilu itu terulang lagi, keesokan harinya Atep telah bersiap lebih pagi lagi. Seragam kerja dengan sepatu dan rambut mengkilap telah menggenapkan tampilan dirinya yang hendak berangkat kerja hari itu.

.

“Mang Udiiin...”

“Siap!”

.

Pukul 05:50, Atep berangkat menuju stasiun dianter Udin. Dengan asumsi perjalanan 10 menit, tentu, tak ada celah untuk Atep terlambat kali ini.

.

Benar saja! Atep sampai ke stasiun tepat jam enam pagi. KRD yang bakal ditumpanginya saja belum terlihat batang bempernya.

.

“Aman, Kang Atep?”

“Aman. Makasih ya, Mang Udin! Cepet banget nganternya.”

“Pasti, dong! Kemarin malah lebih cepet, Kang! Tapi, ya emang kita berangkatnya kesiangan. Hehe....”

“Nggak tahu keretanya yang nggak sabaran, Mang?” Atep menawarkan alternatif sambil tersenyum sinis.

“Haha... bisa jadi, Kang Atep!”

“Saya tunggu di sini aja, ah!” cetus Atep memutuskan menunggu di luar stasiun.

“Oh... ya udah. Masih lama ini, Kang. Saya juga ntar aja balik ke pangkalannya, ah! Sarapan di sini aja, banyak pilihan,” tutur Udin sebelum dia memarkirkan motor dan bergegas menuju tukang surabi.

.

Hampir lima belas menit berlalu, Udin yang selesai sarapan pun balik lagi untuk mengambil motornya. Sesampainya di tempat parkir motor, betapa herannya dia melihat Atep yang masih tak beranjak dari posisi awal saat dia tinggalkan. Sementara itu, suara kereta sudah mulai mendesis petanda segera akan berangkat.

.

“Lah! Kok, masih di sini? Itu kereta sudah mau berangkat, Kang!” sahut Udin kepada Atep.

“Tenang, Kang. Belum waktunya!” jawab Atep santai.

“Gimana Kang Atep ini? Ketinggalan lagi, loh! Itu mau berangkat!” seru Udin lagi.

.

Tanpa banyak bicara Atep pun beranjak dari berdirinya. Segera dia naik kendaraan yang hendak membawanya ke tempat kerja.

.

“Hayu Mang Udin! Cepetan jalan! Emang cuma dia aja yang bisa ninggalin penumpang? Gua bales tuh kereta sekarang!” titah Atep penuh semangat.

.

Udin hanya terbengong. “Dasar nu gelo! Tapi bodo amatlah, ongkosnya nampol!” guman Udin sambil tancap gas.

.

Papi Badar

Bandung, 13092022

#cerpen #humor #krd

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti

"Teu Nanaon Ngan Nanaonan?" Mencoba menyelami Celotehan Ustad Evie Effendi