7 Alasan Konyol Aplikasi Kredit Kamu Ditolak Bank
Gambar: pixabay.com |
Ngeri juga ya, prolog di atas! Wkkk...
Mengajak orang berhutang ntar malah bisa jadi
dosa warisan, lagi! Hufs.... Maksudnya, jika lantas
orang yang baca terbelit riba, gimana? Tapi nanggung ah, judulnya udah keren, uy! Potensi
narik viewers, kayaknya..haha.
- Jadi, cuma buat narik viewers doang!?
- Hidup ini keras, nulis di blog harus banyak trik buat ngundang high class
reader bernama blogers.
- Tapi jangan pake boong, dong!?
- Iya, ya... naif banget!
Ya udah, nggak perlu bohong, saya punya beberapa teman yang berprofesi
sebagai analis kredit, kok! Bagi yang tanggung buka ni story, jangan khawatir,
saya akan tetep nulis soal alasan konyol penolakan aplikasi kredit. Tapi, ingat
ya... pertama, saya berlepas diri dari tanggung jawab di dunia dan akhirat jika
sampai kamu terbelit riba. Kedua, tolong baca sampe tuntas dan tak sambil
tiduran. Takutnya malah kamu salah nangkep. Wkkk... serius amat.
Nih, saya kasih tahu 7 alasan konyol kenapa aplikasi kredit kamu
ditolak.
1. Profesi
Tak semua profesi itu ramah kredit loh, Blogers! Jadi, jika tujuan
hidupmu adalah leluasa untuk berhutang, tolong hindari profesi sebagai TNI, Polisi,
Pengacara, apalagi Debt Collector. Ups!
Profesi-profesi seperti ini relatif dihindar untuk dihutangi tapi uniknya,
mereka malah dicari buat bantuin nagih utang. Wkkk... Sudahlah! Yang pasti,
semoga siapapun dapat bertanggung jawab dengan apa yang menjadi profesinya.
2. Status Pekerjaan
Menjadi pekerja dengan status magang, borongan, kontrak, atau
outsourching, selalu menyisakan ketidaknyamanan dan ketidakpastian, termasuk
saat kamu mengajukan aplikasi kredit. Konyol, kan? Justru saat situasi inilah orang riskan butuh bantuan.
Jadi, segeralah berkembang untuk meraih
status yang lebih pasti dan mandiri sehingga kita tak pernah lagi untuk
berhutang. Hore!!!
3. Dipinjam Nama
Kaget dong, kala tiba-tiba aplikasi kredit
kamu ditolak dengan alasan, ada catatan buruk di bank cheking atas nama kamu,
padahal kamu sendiri merasa tak pernah berhutang.
Ckck.... Coba ingat-ingat, apa ada yang
pernah pinjem KTP, bukti bayar PBB atau malah, kamu emang pernah tanda tangan
dokumen tanpa membaca isinya? Please dech, kalaupun situ ngefans, tak usahlah segala
ditiru! Saya mah gitu orangnya, nggak baca juga bisa langsung like... Ckck!
Konyol kan, tanpa tahu dan menikmati, kamu
malah dapet predikat coll 5 di lembar Bank Cheking untuk kredit yang diajukan
sama orang lain. Nasib....
4. Penghasilan Cash
Meski bisa dibilang udah nggak jaman, dalam
hal kepraktisan dan keamanan, sekarang masih ada loh yang gajiannya pake sistem
bayar tunai.
Bagus sih... itu berarti kita bisa nikmati
jerih payah sendiri sampai titik receh penghabisan tanpa perlu ada sisa yang
mengendap atau termakan oleh biaya administrasi rekening.
Sayangnya, hal itu malah bikin susah pihak
bank untuk menganalisa cash flow kamu. Jika pun tetap harus cash, cobalah untuk
lebih menata pembukuan keuangan kamu sehingga strategi pemasukan dan pengeluaran
lebih bisa terkontrol. Hasilnya, kamu bisa menghindar untuk berhutang. Keren,
kan!?
Ini juga berlaku buat kamu yang berprofesi
sebagai pengusaha, ya!
5. Lagi Butuh Modal
Untuk mengembangkan usaha atau bangkit
dari kerugian, kamu pasti butuh modal, kan?
- Gampang, ajuin aja kredit.
- Tapi kok ditolak, ya?
Hehe... jika sumber pengembalianmu usaha,
bank akan senang memberikan kredit saat kamu berjaya dengan omset menggila dan itu
konstan. Lucunya, kala itu sebenarnya kamu sedang tak memerlukan suntikan
modal.
Sebaliknya, saat usaha melempem, kreditur
tentu akan berpikir ulang dan bolak-balik ngitung kemungkinan kamu bisa bayar
angsuran.
Konyol, ya? Kala sukses disanjung, saat
terpuruk malah dihindar. Bisa sih tetep dipepet, syaratnya, kamu lagi punya
kredit macet. Wkkk.... Hadeuuh... Apa iya ini solusi, ya?
Gimana kalo kita coba saja mencari partner
setia, bisa dipercaya, dan saling mendukung untuk kemajuan bersama? Tak
berminat dia ikut usaha? Ya, syukur-syukur ada kebaikan yang membawanya rela
memberi kamu qard hasan (pinjaman yang baik, tanpa kelebihan pengembalian).
Intinya, tebar kebaikan diperkuat silaturahim. Btw, ada uang dingin? Wkkk...
Emang tak mudah sih, tapi layak dicoba, lah. Selain tentu, teruslah berusaha
untuk berkembang tanpa hutang dan mandiri tanpa menyusahkan diri sendiri.
6. Tak Punya Uang
Hal konyol lain dalam sistem kredit adalah kita pun harus menyediakan
uang buat dapet uang.
Jangan salah, di sana ada biaya akad kredit, asuransi, malah bisa
jadi, ada juga yang meminta fee. Innalillahi... wakwaw! Mungkin inilah filosofi
dari ungkapan, "Untuk mendapat ikan, kita harus menyediakan juga ikan
sebagai umpan." Kalo udah punya ikan, ngapain kita mancing dong, ya? Apa cuma
sekedar doyan? Asa teu kudu!
7. Tak Pernah Berhutang
Dari sekian banyak kekonyolan di aplikasi pengajuan kredit, saya pikir,
inilah yang paling konyol.
Pengajuan kredit ditolak karena nihilnya
catatan bank cheking kamu. Bukannya bagus, kamu malah dianggap tidak bankable, Blogers!
Wkkk....
Padahal, kondisi tanpa hutang itu anugrah,
loh! Itu artinya kamu akan terhidar dari kesedihan di malam hari dan kehinaan
di siang hari. Luar biasa!
Jadi, gimana sekarang? Bangkit dari
kekonyolan untuk kembali mengajukan aplikasi kredit atau bersiap cari
alternatif?
Entahlah, dalam konteks gaya hidup, jelas
saya berani bantah dan menyarankan untuk bergayalah semampunya dan jangan
berhutang demi elok penampilan.
Hanya saja, dalam konteks kebutuhan dan
pengembangan ekonomi umat, anjuran berhijrah dari riba, masih perlu dibarengi
solusi yang mudah dipahami. Apa ini karena kurang rapatnya barisan yang
menjembatani, lembaga yang mengurusi, atau empati yang tengah mati suri, tak
mungkin selesai dibahas dalam satu tulisan.
Ah, anggaplah ini sekedar kerisauan hati
menerima beberapa teman berkonsultasi untuk menjual rumah yang tengah mereka
huni. Konon beralasan, niat kembali ke titik awal. Maaf, saya masih harus
banyak belajar untuk berani menyoal.
Jika hanya cukup berkata, "Bangkitlah
dengan cara mandiri dan meraih kebahagiaan yang hakiki," lalu pergi saat
jalan buntu membayangi, jelas saya bisa saja mengamini. Tapi untuk solusi
pasti?
Hanya andai, andai semua bisa lebih baik
diawali, mungkin lebih baik pula akan kita dapati kini.
Apapun, semoga Allah SWT memudahkan segala ikhtiar baik kita!
Papi Badar,
Bandung, 10092018
Repost dari Plukme
Komentar
Posting Komentar