Cerita Sebelum Tidur, "Sisi Lain"

Suasana di lapangan badminton, dok.pribadi

Selalu ada cerita dari lapangan Badminton. Bukan karena saya jago main bulu tangkis, tentunya. Aktivitas saya di lapangan badminton tak lebih dari sekadar mencari keringat karena mencari penghasilan tambahan saat ini cukuplah susah. Apalagi mencari tulang rusuk yang hilang (baca: bagi yang tuna partner). Mulai tak fokus.

Apa yang coba saya katakan adalah selalu ada cerita menarik di lapangan cabang olahraga yang hampir cuma satu-satunya yang bisa mengangkat nama indonesia di kancah dunia ini.

Selain, ya itu tadi, banyak pencapaian luar biasa dari bulutangkis, bagi saya pribadi, di lapangan cabang olahraga yang baru ditinggalkan Liliana Natsir ini, ada sisi lain yang dirasa jauh dari carut marutnya pemberitaan di media sosial.

Di sini, saya bisa melihat bagaimana WNI keturunan bisa berbaur tanpa sekat dan kecurigaan. Dengan damai, saya bisa lihat Zahra dan Faruq tengah dilatih oleh seorang bapak beretnis tionghoa. Terlepas dari benar atau tidaknya segala isu sentimen tentang WNI keturunan, toh saya juga bukan tak pernah bertemu klien yang "menggemaskan" dari kalangan mereka. Tapi, kenapa tidak hal tersebut dikondisikan pada ranah personal saja. Tidak semua dari mereka dan tidak semua dari kita juga. Lebih asik, kayaknya.

Ok, Jika barusan adalah kisah dari lapangan badminton yang saya dan teman-teman gunakan sekarang, beda cerita dengan pengalaman saya di lapangan sebelumnya. Kami bermain di lapangan milik Sesko TNI dulu. Yang berkesan mendalam bagi saya di sana justru kisah di luar lapangan. Tepatnya di mesjid Sesko yang terletak di samping lapangan bola.

Selama bermain di lapang tersebut saya baru sekali ikut shalat magrib berjamaah di mesjid Sesko TNI. Karena biasanya, kita solat magrib terlebih dahulu di kantor sebelum berangkat ke lapangan. Menariknya, justru di satu kesempatan itu, saya bersyukur dapat merasakan betapa khidmatnya shalat berjamaah dengan dipimpin oleh bacaan indahnya seorang tentara yang bertindak sebagai imam kala itu.

Jika kita biasa disuguhi oleh gambaran ketegasan dan kerasnya seorang prajurit, suara serdadu waktu itu justru dapat membuat hati kita terenyuh dan tersungkur dalam damai.

Masyaalah! Selalu ada sisi lain dari segala yang terlihat mata jika kita mencoba merabanya dengan hati terbuka, inshaallah.

Papi Badar
Bandung, 29012019

Komentar

  1. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya