Sarapan Terbaik Bernama Bunda (parenting)

Bunda dan Ananda, dok.pribadi


Salam! Apa kabar, Ayah Bunda yang senantiasa siaga menjaga buah hatinya? Semoga kabar baik, ya!

Eh, dah pada sarapan? Jangan sepelekan sarapan, ya! Nutrisi awal akan berperan vital pada aktivitas kita selanjutnya. Bahkan bisa berimbas fatal, loh! Dua minggu jarang sarapan, tetanggaku dua minggu lebih harus dirawat di rumah sakit, loh! Bukannya nakut-nakutin, ya. Mencegah kan lebih baik daripada ditangkep polisi! Hehe ....

Sarapan sebagai bekal awal itu sangat perlu, kita tak akan pernah tahu dengan pasti apa yang akan dihadapi. Jadi, bersiaplah biar nggak panik mirip diriku beberapa hari lalu, buka hp pagi-pagi setelah sehari sebelumnya tak disentuh, tiba-tiba kubaca chat yang cukup menarik kalo tak perlu dibilang panik. Sebuah nomor yang namanya belum masuk daftar kontak memintaku menulis tentang parenting. "Hah?" Agak sempat bengong karena mungkin saja ini chat nyasar yang niatnya dikirim ke Ayah Edi atau Kak Seto. Tapi setelah kubuka profil pengirim, baru kutahu ternyata chat tadi berasal dari mantan supervisiku di kantor. Seorang ibu dengan tiga jagoan yang menggemaskan.

"Hehe.. kenapa, Bu?" Tanyaku dalam hati sambil tak lupa bersyukur. Alhamdulillah ya Allah, meski bukan penerbit atau writer seeker, masih ada juga yang menanti tulisan dari hamba-Mu yang keren ini... hiks. Hatiku sejenak tersentuh sebelum tertawa setelahnya. Hehe, sudahlah!
"Belum tahu dia?" begitu pikirku sambil menyelesaikan tawa. Ya, sepertinya beliau belum tahu bahwa temen seangkatannya yang juga sudah memiliki 3 anak yang lucu-lucu, mulai kesal saat terus saja kutanya kapan hendak resign. Sampai akhirnya, kemarin dia bilang, "Nih, gua pamitan!" Wkkk ....

Jangan salah sangka, ya! Diriku tetap dukung wanita berkarier di tempat kerja, kok. Namun, daku juga sangat menghargai jika mereka beralih dengan memilih fokus ke rumah dan mencurahkan perhatian penuh pada anak-anaknya. Betapapun berharganya tambahan itu ada, takkan lebih bernilai dibanding saat Sang Bunda ada untuk mereka.

Seperti itu, masih, pandangan yang aku punya. Tapi tetep ya, tak ada larangan untuk seorang istri bekerja kalau memang harus bekerja. Justru, mungkin akan terasa lebih bermakna jika tantangan mengurusi rumah tangga juga dapat terlaksana dengan tetap bekerja.

Ok, di sini aku tak hendak membahas soal istri bekerja atau tidak. Masih terus teringat chat kakakku yang kayaknya lagi kurang syantik tadi, bismillah, aku akan mencoba berbagi pesan tentang peran bunda untuk ananda.

Sebagaimana pesan di awal, sarapan adalah asupan pertama yang bersifat vital, pun peran bunda sebagai malaikat pertama untuk anak-anaknya merupakan hal yang utama. Karena itu, kita sepakati saja bahwa untuk anak-anak, sarapan terbaik itu bernama bunda.

Mohon diingat sebelumnya, ada dua aspek yang harus diperhatikan selama membesarkan Sang Buah hati. Dua aspek tersebut adalah pertumbuhan dan perkembangan. Mengutip penjelasan langsung dr. Lia Marlia, Sp.A, dokter spesialis anak di RS Al Islam Bandung, yang menekankan bahwa dua hal tersebut sangatlah berbeda, "Pertumbuhan terkait perubahan fisik seperti penambahan tinggi dan berat badan, sedangkan perkembangan sendiri menyangkut masalah peningkatan kemampuan Si Anak dengan contoh, gerak motorik kasar dan halus, perasaan, dan identifikasi terhadap lingkungan sekitar."

Selanjutnya, karena untuk aspek pertumbuhan, dirasa, sudah sangat terperhatikan, tulisan ini akan lebih fokus mengajak ayah dan bunda sekalian untuk memperhatikan ulang soal perkembangan anak.
Baiklah, Ayah dan Bunda (kepanjangan, sapa selanjutnya pake bunda aja, ya!)  ... selamat mengoreksi!

Pastikan dari Bahan Terbaik

Bunda, sebagai nutrisi awal, sarapan haruslah dapat menjamin tubuh tetap kuat sampai adanya asupan berikutnya. Bukan hanya soal tenaga, jenis sarapan harus dapat menjadi penopang tubuh biar jika ternyata makanan selanjutnya kurang baik, tubuh tak akan terlalu reaktif. Misal, karena sarapan seadanya dan tiba-tiba siang ditraktir mie baso pedas, akhirnya kita malah jadi sakit perut.

Seperti itu juga dengan anak kita. Pilihlah bahan terbaik untuk dasar perkembangannya. Referensinya bisa dari agama atau tatanan norma yang ada.

Bunda, pesan yang masih saya ingat dari ibu tercinta adalah soal pentingnya "dasar". Karena acuan beliau nilai agama, maka yang beliau maksud dengan dasar adalah pendidikan agama. Beliau tekankan bahwa dirinya tak akan terlalu khawatir kemana pun aku melangkah jika dasar agamanya kuat. Jika pun ada godaan, beliau yakin agama akan menjadi wake up call untuk kembali terbangun dan melangkah kembali di jalur yang seharusnya. Aamiin YRA!

Perhatikan Kandungan Gizinya

Setelah bahannya ada, demi sarapan berkualitas, yang perlu diperhatikan adalah kandungan gizi di dalamnya. Bahannya bisa saja roti, nasi, atau bahkan spageti. Tapi ingat, perhatikan topping dan garnisnya. Aturlah hingga kandungan gizinya seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Nah, pada bagian ini, komposisi gizi berarti besaran kandungan nilai yang diberikan. Pada perkembangan awal psikologi dan fisiknya, sebagai orang terdekat anak, bunda adalah orang yang pastinya paling paham akan kebutuhan anak. Karenanya, beliau haruslah mampu memberikan pendidikan nilai yang kadarnya sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Untuk usia awal pasca lahir, perkembangan anak memang hanya terkait bertambahnya kemampuan respon awal. Fokus pandangan, mencari dan memperhatikan sumber suara, menggerakan badan, dan identifikasi awal lingkungan. Namun demikian, tetaplah memberikan respon yang baik seperti mengajaknya bicara dan bercanda, memberinya sentuhan halus, dan stimulus untuk mempercepat perkembangan motoriknya.

Beranjak usia satu hingga lima tahun, kita harus mulai dengan penanaman nilai. Pertama-tama, bunda bisa mengenalkan tentang benar dan salah. semakin bertambah usia, tambahkan bertahap porsinya dengan mengajarkan baik dan buruk, dilanjutkan kejujuran, kesabaran, kasih sayang dan nilai-nilai baik lainnya. Aturlah sesuai perkembangan dan kebutuhan anak. Yang pasti jangan sampai kecolongan di usia emas untuk perkembagannya ini.

Sesuaikan Cara Pengolahan dan Penyajian

Bahan ada, komposisi ok, tinggal proses pengolahan dan penyajian. Pada proses ini kuncinya adalah diolah dengan cara yang tepat dan buatlah menarik saat disajikan.

Pesan penting yang ingin saya ingatkan di poin ini adalah, "jangan sepelekan!" Kita tahu, semua orang bisa saja tahu bahkan paham nilai baik apa yang harus diberikan kepada anak. Tapi, hanya bundalah yang tahu apa dan bagaimana cara tepat untuk menyampaikannya kepada anak. Jangan bergantung dengan bilang, ada ayahnya, neneknya, kakeknya, apalagi bibi. Jika pun mereka tahu, sentuhan seorang ibu pasti akan memberi rasa, kesan, dan hasil yang berbeda.

Karenanya, jika waktu bunda ada, khususnya bagi bunda yang bekerja, manfaatkanlah secara optimal untuk mendampingi Si Buah Hati. Sentuh dia dengan halus, bicaralah dengan cinta, dan arahkan dengan cara terbaik.

Silahkan perhatikan, bagaimanapun baiknya asuhan orang lain, anak yang kadung lebih dekat dengan orang selain ibu, akan memiliki perkembangan "berbeda" dengan yang diasuh oleh bundanya.

Pastikan Aman Dimakan

Nah, sarapan sudah siap disajikan. Sebelumnya, pastikan tak terkontaminasi dan aman. Bukan hanya sampai disajikan ya, selama proses dimakannya pun harus terjamin aman.

Maksudnya begini, setelah bunda memastikan memberikan segala hal baik untuk perkembangannya, lindungi dia dari pengaruh buruk dari luar. Jika itu dari keluarga, beri mereka pengertian; dan jika pengaruh buruknya dari luar, maka sebisanya harus hindarkan. Kita tak dapat sepenuhnya melarang orang lain. Melindungi anak kita, justru itu lebih memungkinkan. Jadi, selalu awasi atas apa yang mereka dapat dari sekitar. Kan nggak lucu, di rumah biasa kita perdengarkan murotal, tiba-tiba anak kita dangdutan karena sering dibiarkan main tik-tok sama anak karang taruna.

Ok, sepertinya sudah siap disantap nih, Bun. Satu hal saja, demi optimalisasi perkembangan ananda, kuatkan lagi ikatan bathin bunda dengannya. Ya, cukup kuatkan saja! Bersyukur ikatan itu tak perlu dibentuk, Tuhan telah mengaruniakan ikatan bernama rahim kepada bunda sehingga Ridha Tuhan untuk ananda ada di bawah pijakan kaki bundanya.

So ... tetap semangat dan berikanlah mereka pelukan hangat!
Sementara, itu saja yang bisa kubagi untuk bisa dikaji ulang bersama ya, Bun! Semoga bermanfaat dan terima kasih telah menyimak!

Numpang eksis... dok.pribadi


Perhatian, uraian di atas bukan dari pakar parenting ataupun psikologi perkembangan. Penulis sekadar seorang sarjana pendidikan yang masih belajar untuk menjadi ayah yang baik.

Papi Badar, 2018©

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Hirup Tong Kagok Ngan Tong Ngagokan!" Masih Mencoba Menyelami Colotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya