Menghadirkan Peran Ayah dalam Perkembangan Pribadi Anak

Dok. Pribadi

Terhitung sudah 4 kali saya memaksakan diri datang ke acara TK Badar, anak saya. Dua kali saat hari pertama masuk tahun ajaran, sekali di waktu pentas seni kenaikan kelas dan satu kesempatan lagi pada acara buka puasa bareng orang tua murid. Untuk acara terakhir memang bukan acara formal dan hanya digagas oleh para bunda Si Anak.

Dengan semangat dan demi kebahagiaan Si Kecil, saya selalu meminta izin untuk terlambat masuk kantor demi mengantarnya dan meluangkan waktu untuk sejenak menemani sebelum akhirnya pamitan berangkat kerja karena tak mendapat izin bolos seharian.

Bagi saya, merupakan kebahagiaan tersendiri  bisa mendampingi Badar mencoba mengenal lingkungan baru yang di luar dan berbeda dari lingkungan rumahnya. Alasannya awalnya hanya itu. Ya, sekedar ingin berbagi kebahagian saja dengan Si Kecil; Dan saya pikir, hal itu juga yang ada di pikiran ayah-ayah yang lainnya.

Sayangnya, di setiap kali saya datang, hanya satu, dua, atau bahkan pernah tak kutemui sama sekali seorang ayah dari teman-teman TKnya Badar. Beda sudut pandang, beda kesibukan, atau sebab lain yang tak saya miliki, memang bisa saja membuat ayah-ayah lain tak memberikan prioritas akan kehadirannya di sekolah Sang Anak.

Di sini, saya sama sekali tak bermaksud masuk pada kebijakan keluarga-keluarga lain tentang peran seorang ayah dalam mendampingi anaknya. Tulisan ini hanya diniatkan sebagai bentuk berbagi tentang banyak hal penting tentang perang seorang ayah dalam perkembangan mental dan karakter anak. Uniknya, memang ada beberapa pembelajaran yang lebih optimal jika ditularkan oleh sosok seorang ayah daripada oleh ibunya.

Berikut poin-poin penting yang menjadi peran ayah dalam perkembangan pribadi anak:

1.       Menumbuhkan Keberanian
Ayah adalah sosok jagoan tanpa lawan. Ayah bisa menghadapi apapun. Paling tidak, itu yang ada di benak anak kita. Karenanya, berada dengan sosok yang dia anggap tangguh dapat memberikan rasa percaya diri pada anak kita yang kemudian bisa menumbuhkan keberanian dalam dirinya.
2.       Membentuk Kemandirian
Untuk mengerjakan apapun yang tak bisa dikerjakan Sang Ibu, Seorang Ayah mau tak mau harus bisa menyelesaikannya. Itu vonis yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. Jika mentok, beralasan dengan rasional lebih baik daripada pekerjaan yang diminta anak divendorkan lagi.
Intinya, di mata anak kita, selain jagoan, ayah bisa memberikan solusi untuk segala masalah. Karenanya, jangan sia-siakan waktu untuk memberikan contoh dan mengarahkan anak-anak kita untuk membentuk sikap mandiri dalam kehidupannya. Poin ini didukung oleh sifat ayah yang cenderung tenang dan bijak dalam mengambil keputusan.
3.       Mengajarkan Kedisiplinan dan Tanggung Jawab
Nah, disiplin dan tanggung jawab adalah dua hal yang sangat cocok diajarkan oleh seorang ayah. Seorang ayah pada umumnya lebih tegas dan rasional dibanding dengan sosok ibu yang penyayang. Karenanya, pendampingan seorang ayah bisa membentuk pribadi anak yang disiplin dan bertanggung jawab.
4.       Belajar Menghargai dan Mencintai
Selain sifat-sifat khas lelaki di tiga poin awal, seorang ayah juga harus memberikan contoh bagaimana menghargai orang lain, khususnya lawan jenis. Ya, seorang anak akan melihat bagaimana ayahnya memperlakukan Sang Bunda.
Untuk anak laki laki: Perlihatkanlah cara terbaik dalam memperlakukan ibunya agar kelak begitu pula dia memperlakukan istrinya.
Untuk anak perempuan: Perlakuan terbaik Sang Ayah terhadap Ibu sangat penting karena akan menjadi referensi anak perempuan kita dalam mencari calon pasangannya.
Jika waktunya kita harus berselisih paham apalagi bertengkar dengan pasangan, jangan sekali-kali disadari apalagi jelas terlihat oleh anak-anak kita. Traumatik masa kecil akan sangat berpengaruh di saat mereka besar nanti. Akibat biasa melihat perlakuan buruk ayah terhadap ibu, anak perempuan bisa saja takut menikah. Sedangkan anak laki-laki bisa bersikap kasar terhadap istrinya karena contoh yang pernah dia lihat.
5.       Menuntunnya untuk Lebih Rasional
Pola komunikasi yang terbangun antara seorang ayah dan anak, biasanya dan seharusnya lebih mengedepankan aspek rasional. Jika anak komplain atau memberikan permintaan yang tak bisa kita penuhi, seorang ayah harus bisa mengajaknya diskusi dalam mengutarakan alasan yang bisa dia terima. Dengan demikian, anak akan berpikiran lebih logis. Atau paling tidak, dengan lugu dia akan terbiasa berargumen dengan meminta persetujuan kita. Bukan membentak dan memaksakan keinginannya terhadap kita.
6.       Berbagi Rasa dicintai
Poin terakhir ini bisa dikatakan intisari dari 5 poin sebelumnya. Ketika anak merasakan kehadiran kita di momen-momen khususnya, bukan hanya keberadaan raga kita yang dia maknai. Lebih dari itu, dia akan bersyukur atas penghargaan kita terhadap dirinya. Apa efeknya? Anak akan menghargai kita, mengerti, dan lebih perhatian terhadap kita.


Dengan cukup banyaknya hal positif yang dapat ditularkan Sang Ayah terhadap anaknya, mulai sekarang, mari kita jalin hubungan lebih hangat dengan anak kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Hirup Tong Kagok Ngan Tong Ngagokan!" Masih Mencoba Menyelami Colotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya