Biidznillah, Anakku Sehat Tanpa Kenal Dokter


Dok. Pribadi
Suatu pagi, rekan kerjaku mengirim pesan wa disertai foto buah hatinya yang sedang diuap di sebuah rumah sakit. Setelah dibaca utuh, ternyata beliau hendak menginformasikan bahwa hari itu tak bisa masuk kerja karena asma anak bungsunya sedang kambuh. Innalillahi, kondisi anak mau tak mau memang menuntut kita untuk sementara mengalihkan pekerjaan dan fokus pada kesembuhan anak kita.

Kabar semacam ini bukan satu atau dua kali terjadi. Rekan-rekan kerja yang lain pun tak jarang mengalami kejadian serupa dan di sela pekerjaan, sering kita berbincang mengenai berbagai pengalaman tentang kondisi kesehatan anak. Ada yang harus lumayan sering berobat ke dokter, ada yang baru bisa sembuh setelah berkunjung ke seorang dokter langganan, atau bahkan ada yang kadang mesti dirawat dulu. Macam-macam pokoknya!

Biasanya, saya hanya ikut nyimak sambil menyimpannya sebagai gambaran jika hal-hal tersebut menimpa anak saya sendiri. Namun, qaddarullah, sampai sekarang berusia lebih dari 5 tahun, alhamdulillah anakku belum berkunjung lagi ke dokter semenjak menyelesaikan rangkaian proses kelahirannya di rumah sakit dulu.

Waktu imunisasi? Oh, iya.. anakku masih ikut imunisasi inti yang sesuai dengan anjuran umum di posyandu. Tapi maaf ya.. rangkaian vaksinasi itu dilakukan di bidan dekat rumah. Jadi maaf, nggak kehitung berkunjung ke dokter! Hehe.. Mau debatin vaksin vs antivaksin? Hus..hus.. menyampahlah pada tempatnya. Jangan di sini, ya! Saya nggak punya pembantu.

Balik lagi ke soal anakku yang tak pernah berobat ke dokter, semua dilalui bukan tanpa khawatir dan tak pernah sakit. Beberapa kali jagoanku juga pernah flu, demam, atau mencret. Namun, alhamdulillah semua masih bisa diatasi oleh sepasang orang tua amatiran yang baru pertama punya anak ini.

Pun di satu atau dua kejadian saat anakku sakit, hampir saya menyerah dan memutuskan untuk pergi ke dokter. Namun, beruntung istriku selalu memiliki takaran yang cukup akurat untuk menentukan sebuah tindakan itu perlu dilakukan atau tidak. Atau kadang, malah anak yang tiba-tiba memberikan respon positif saat ayahnya tiba di rumah dengan senyuman atau ibunya yang bersikap tenang dan berhenti memperlihatkan raut kecemasannya. It’s really working, guys! Ya.. suasana psikologis orang tua ternyata berpengaruh meningkatkan atau bahkan menurunkan kondisi kesehatan Si Kecil.

Nah, tanpa berniat apapun apalagi sombong dengan kondisi anak saya yang sehat nyaris tanpa dokter, di sini saya sekedar ingin berbagi tips menjaga kesehatan anak dan penanggulangannya kala dia sakit.

1.       Perhatian Penuh Saat Istri Kita Hamil
Yup! Langkah awal yang seharusnya tanpa perlu dituliskan. Karena perhatian adalah hak istri kita dan merupakan kewajiban seorang suami dalam menjaga Sang Istri selepas ijab kabul dengan ayahnya. Namun, terkait proses perkembangan janin, meski belum juga terlahir, janin di dalam kandungan mampu memberikan respon terhadap kondisi psikologis bundanya. Jadi, usahakan jangan buat istri kita bersedih kala dia mengandung. Bukan berarti setelah melahirkan boleh, ya!

2.       Pemberian Multivitamin dan Makanan Bergizi Seimbang Sejak Ibu Mengandung
Ketika mengandung, seorang ibu tak bisa lagi egois dengan hanya memikirkan makanan kesukaannya saja. Ibu hamil harus selektif dan cermat memilah asupan makanan yang dikonsumsinya. Perhatikan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, dan kandungan gizi lain seperti protein dan asam folat. Jangan lupa, tambahkan multivitamin untuk menutup komposisi gizi yang kurang seimbang.

3.       Pemeriksaan Rutin Selama Hamil
Selain sangat berpengaruh pada perkembangan anak setelah dilahirkan, masa kehamilan adalah masa yang rentan terhadap masalah kesehatan Si Anak kelak. Pertumbuhan janin yang terganggu dipastikan akan memberikan dampak kurang baik pasca anak dilahirkan. Karenanya, jangan pernah lupa untuk melakukan pemeriksaan rutin sesuai anjuran dokter agar perkembangan janin terkontrol dan kesehatan calon anak kita terjaga.

4.       Pemberian Asi Ekslusif
Tak ada nutrisi terbaik bagi bayi selain ASI. Selain kandungan gizinya sesuai dengan kebutuhan bayi, Asi juga berperan dalam pembentukan sistem imun alami untuk bayi. Dengan demikian, jelas, pemberian ASI sangan berperan dalam menjaga kondisi anak kita baik di masa menyusui maupun setelahnya. Lebih lengkap tentang pembentukan sistem imun melalui pemberian ASI, bisa dibaca pada Artikel Asi Sebagai Pembentuk Imun Alami Ibu dan Bayi.

5.       Memberikan MPASI yang Sesuai Kebutuhan
Masuk usia bayi lebih dari 6 bulan, kita bisa memberikan makanan pendamping yang bernilai gizi sesuai kebutuhan. Pada masa ini, anak kita bisa mulai dikenalkan pada sayuran dan buah-buahan yang aman bagi bayi. Misalnya, Bunda bisa coba pisang, labu, bayam, jeruk manis, atau apel. Ingat, jangan dulu buah-buahan dengan rasa yang tajam seperti nanas dan mangga.

6.       Pemberian Multivitamin dan Makanan Lanjutan
Beranjak satu tahun, biasanya anak mulai diperkenalkan dengan makanan rumahan. Nah, di masa ini anak-anak kita mulai bisa mencoba makanan yang variatif. Tapi ingat, kandungan gizi harus lebih diperhatikan, tidak keras teksturnya, tidak terlalu tajam rasanya apalagi pedas, dan sertakan dengan multivitamin. Pemberian madu juga bisa dilakukan dengan petunjuk pemberian yang tepat.

7.       Awasi aktivitas anak
Selain asupan-asupan nutrisipenting pertumbuhan yang bisa dilakukan melalui pemberian ASI, multivitamin, dan maanan bergizi, aktivitas Si Kecil juga harus diperatikan. Jangan biarkan terlalu capek main, ingatkan untuk istirahat. Perhatikan jajanan yang dia makan, dan lakukan pengawasan untuk aktivitas dengan barang-barang asing atau lingkungan luar rumah yang diragukan kehiegenisannya. Namun, jangan terlalu ketat juga. Jika sekedar di teras rumh atau pekarangan yang aman kotoran, kita bisa biarkan selama kadar kotornya masih wajar. Biarkan anak merespon dunia luar untuk membuat tubuhnya tidak terlalu kaget dan gampang jatuh sakit.

8.       Ekspresikan Kasih Sayang dengan Lugas dan Perhatian yang Proporsional
Nah, poin yang satu ini bisa jadi tak berhubungan langsung dengan kondisi kesehatan seperti pada poin-poin sebelumnya, tetapi perasaan disayangi, aman, dan senang, sangat berpengaruh meningkatkan semangat anak untuk sehat.

9.       Pastikan Memberikan Tindakan yang Tepat Saat Kesehatannya Menurun
Saudaraku, kita bisa mengusahakan untuk menjaga anak-anak kita dalam kondisi sehat. Namun, berbagai cara bisa saja membuat anak kita sakit jika Allah SWT berkehendak. Di saat anak kita pada waktunya sakit, jangan panik! Cek dan pastikan kondisi anak. Jika demam, berapa derajat panasnya. Jika mencret, berapa kali buah airnya, seperti apa pesesnya, bagaimana kondisi tubuhnya. Berikan tindakan sesuai kondisi anak. Pengalaman, langkah awal ketika anak sakit, jika masih menyusui, perbanyaklah asupan ASI. Jangan berhenti asupan makanannya. Jika kondisinya membutuhkan pemberian obat, pilihlah obat yang ramah anak. Misal tak mengandung alkohol.

Nah, begitulah kiranya masukan dan share pengalaman dari saya. Mohon tidak salah tangkap, uraian di atas sama sekali bukan kampanye anti dokter. Untuk kondisi yang di luar toleransi dan penanganan kita, segera bawa buah hati kita ke dokter. Bagaimanapun, kita bukan praktisi kesehatan. Langkah yang bisa kita tempuh hanya pada batas antisipasi dan penanggulangan awal. Selebihnya, jika kondisi anak tidak membaik, serahkan penangulangan pada ahlinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Hirup Tong Kagok Ngan Tong Ngagokan!" Masih Mencoba Menyelami Colotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya