Makna Nilai dalam Pandangan Ekonomi

Uang adalah benda yang biasa dijadikan konversi nilai. Gambar: pixabay.com

Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas mengenai perbedaan antara harga, biaya, dan nilai. Lantas, apa sebab dalam tulisan ini kita kembali membahas mengenai makna nilai? Bukankah persoalan apa itu makna nilai sudah dijawab bahkan bahkan telah bisa kita lihat perbedaannya dengan membandingkan antara makna nilai, biaya, dan harga.

Benar, makna nilai telah dijelaskan sebelumnya, namun tulisan tersebut sekedar ingin terlebih dahulu meluruskan pemahaman yang sudah kadung umum di masyarakat yang menyamaratakan makna dari ketiga istilah tadi, sementara muasal dan makna nilai yang lebih mendalamnya sendiri belum begitu tergali.

Karenanya, di sini, semoga pemahaman kita terkait makna nilai bisa lebih runut dan mendalam.
Nilai yang bisa dianalogikan sebagai bobot suatu benda dalam takaran tertentu memiliki arti spesifik dalam pandangan ekonomi. Hal pertama yang mendasari lahirnya makna nilai dalam pandangan ekonomi adalah perkembangan kebutuhan manusia atas suatu benda yang memiliki kegunaan (utility) tertentu sehingga kepemilikannya menjadi syarat didapatkannya manfaat dari benda tersebut.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Bapak Ekonomi Klasik Adam Smith yang dalam bukunya An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations menyebutkan bahwa teori nilai memiliki dua arti berbeda. Kadangkala terlihat dari manfaat atau kegunaan dari objek atau barang dan kadangkala pada barang lain yang dapat dilihat dari kekuatan daya belinya.

Lebih menarik lagi, beliau juga berpendapat bahwa harga dasar suatu objek umumnya terlefleksi dari besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membuat objek tersebut. Karenanya, beliau percaya bahwa nilai tercipta tatkala faktor produksi berjalan bersama dan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Berangkat dari sana, mau tidak mau, harus ada takaran yang bisa diukur dari seberapa besar benda itu mampu memberikan kegunaan atau manfaat. Dengan adanya takaran bobot, derajat, atau tingkat kegunaan, muncul gambaran bagaimana manfaaat tersebut bisa ditutupi atau ditukar guna hak kepemilikannya bisa dipindahkantangankan.

Bicara soal manfaat, takaran manfaat bukan hanya dari berjalannya semua proses produksi sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna, manfaat bisa juga diukur dari seberapa besar kebutuhan orang lain dapat terpenuhi sehingga benda tersebut dapat menghasilkan pendapatan karena terpenuhinya kebutuhan orang lain tersebut.

Hal ini senada dengan pemikiran David Ricardo (1772 – 1823) telah membangun teori tarif sewa dasar dalam konsep marginal land and the law of diminishing return. Teori ini telah memberikan kontribusi yang besar terhadap teori dan teknik penilaian tentang konsep ekonomi tanah yang dikenal dengan prinsip highest and best use dan land residual technique dalam pendekatan pendapatan.

Taruhlah setelah kegunaan (utility) dari sebuah benda itu muncul dan ternyata ada yang membutuhkan, selain secara otomatis barang tersebut menjadi ekslusif, tidak umum, atau langka (scarcity), maka ketika pihak lain memiliki kemampuan (daya beli), keinginan (desire) untuk mendapat benda tersebut pasti terbentuk dan harus terakomodir oleh sebuah takaran yang disebut nilai.

Dengan adanya nilai, maka, saat pemilik benda tersebut ada keinginan melepasnya, proses pemindahan kepemilikan kepada pihak lain sudah bisa dilakukan dengan dipenuhinya nilai tersebut sebagai ganti sejumlah manfaat yang dilepas oleh sang pemilik benda kepada pihak lain.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa makna nilai dalam pandangan ekonomi merujuk kepada harga yang sangat mungkin disepakati oleh pembeli (peminat dan memiliki daya beli) dan penjual (pemilik manfaat) dari suatu barang atau jasa yang tersedia untuk dibeli. Nilai bukan merupakan fakta, tetapi lebih merupakan harga yang sangat mungkin dibayarkan untuk barang atau jasa pada waktu tertentu sesuai dengan definisi tertentu dari nilai. (c) Andris Susanto

#artinilai #faktorpembentuknilai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Teu Nanaon Ngan Nanaonan?" Mencoba menyelami Celotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya