Kisah Nyata, Lucu, Mengharukan, dan Aya-aya Wae



Dua minggu ke belakang saya jatuh sakit saudara-saudara. Sampai akhirnya masuk Ruamh Sakit untuk pertama kalinya seumur hidup. Dua hari dua malam nginep di Rumah Sakit ternyata bosen luar biasa.

Untungnya, ada saja hiburan yang cukup mengusir rasa penat menghitung waktu. Dan hal yang menghibur itu pun saya rangkum dan tulis dalam status FB dan serangkai komennya.
Berikut adalah rangkaian status FB yang saya tulis saat dirawat di salah satu Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung pada tanggal 17-02-2016.

Semoga cukup menghibur..

Kisah nyata hari ini!

Lumayan dapet hiburan dari pasien dan penunggunya di sebelah..

*Si Bapa, pasien usia 50an nanya k penunggunya, "Jam berapa, ini?"
"Jam lima." Jawab perempuan sekira umur 40an yg dari obrolan kayaknya kaka beradik.

Si Bapa girang dan bilang, "Beres-beres atuh, agak terang kita pulang!"
"Jam lima sore, Pa!" Jawab yg nunggu kesel. "Oh.." Si Bapak bobo deui.

*Masih duo sepuh tadi.. selepas magrib.

"Pa, aku k ruang tunggu dulu ya.."
Dengan penuh harap dapat izin Si Bapak.
"Ngapain?" Agak berat, Si Bapak nanya.
"Bade nonton dulu Si Boy."
-Spechless-

Mutlak! Korban "Anak Jahanam" koreksi jika salah, bukan hanya tidak mendidik dan merusak karakter anak remaja. Paruh baya sampe manula juga berpotensi kena efek negatifnya.
Siapapun yang mampu dan mau, harus segera menghentikannya!
Boleh dishare!
Coz yg nulis Andris Susanto.
Orang yg baru kali pertama diinfus.
Abaikan tulisan sebagaimana biasa Anda lakukan..wkkk...

<Cerita di status ini masih berlanjut..>

Bangkit dari tidur, Si Bapa nelp Min (diduga menantunya).

"Min, satena nu Bapa nganggo bumbu teu nyak?"

"Kumaha kitu, Pa?" Min bingung.

"Enya, ari kecap hunggul teu enak, nyak? Atos meserna?"

Masih bingung tp Min jadi sadar, "teu meser sate da, Pa. Nembe gugah, Pa?"

"Teu bener!" Si Bapa satengah ngaharewos bari ngagoledag deui.. haha

<Dan masih ada lanjutannya...>

Masih bapak éta.

Tiba-tiba bangun, bediri, lalu sibuk kokoreh.
Si Ibu bingung tingkat dewa, "nyari naon ari Bapak?"
"Éta calana nu hideung, dmn deuih nyimpena nyak? Jawab Si Bapak masih sambil mondar mandir.
"Calana hideung nu mana?" Nada bingung dr Si Ibu.
"Nu kamari diseuseuh, di simpen dmn nyak?"
"Pa.. ieu mah sanes di bumi. Bapa teu nyadak lancingan hideung." Hadeuuuuh..
"Oh.. hehe" ceuk Si Bapa.

Eits.. blm beres. Kembali dia sibuk.
"Tas hideung mana?" Tanya Si Bapa dgn Pede.
"Teu bawa tas hideuuung bapa maaah..."
"Gagabah! Taaah.. ieu geuning."
Tiba2 dtg suara lain exist dgn tegasnya, "Ini punya saya, Pa! Saya liat kemarin Bapak nggak nengteng tas k sini, kok?"
"Oh.." sambil balik k kasur.

Sabenerna Si Bapak geuring naon, sih? Hadeuuuh.....

<dan menjelang pulang..>

Masih soal Bapak Sepuh téa... wkkk....

Ternyata ditengah segala kelucuannya, tetaplah beliau seorang Bapak dari anak2nya.. (yaiyalah...truskudukumaha)
Maksud saya, seorang Bapak yg slalu menjadikan kebahagiaan anaknya adalah parameter bahagianya.

Jelang pulang, sejadwal dgn saya, Si Bapak diberikan pemaparan soal 2 kemungkinan treatment u/ masalah paru2nya. Satu penyakit diantara diabet, asam urat, kolestrol, dan jantung, yg konon diidapnya.

Dokter internis itu menawarkan; 1. Pengobatan TBC 6bln dgn evaluasi per 2 bln, atau 2. CTscan. Pilihan itu diserahkan ke Si Bpk..
Dua2nya bukan pilihan ringan. Jelas biaya obat 6 bln bkn sedikit dan dlm rentang tersebut betapa tabungan kesabaran hrs byk terkuras. Dgn CTscan jelas lbh simpel. Tp rupiahnya yg tentu lbh besar dr alternatif pertama.

Ditengah diskusinya dengan salah anaknya perempuannya. (Mungkin ini yg sy identifikasi sbg Min tempo hari. Berarti ralat.. Min adalah anaknya)
Bapak itu berujar, "ini bakal menyita banyak tenaga. Sok klo menurut teteh gimana?"

Bersambung....
"CTscan aja, Pa. Biar jelas apa masalahnya." Min memberi pendapatnya.
"Biayanya pasti besar karena mungkin bkn sekali jalan juga." Kata Si Bapa.
"Trus mau pengobatan TBC 6bln aja?"
"Bapak tau gmn proses dan biayanya juga. Sama melelahkan.."
"Yey.. trus mau gmn?"

"Min.. Bapa dah laluin byk pengobatan. Dan yang Bapa rasain tak selalu sesuai kata medis sm apa yg badan kita rasa. Ada rahasia Allah dlm kesembuhan.
Sudahlah kita simpan dua usulan dokter tadi, kita usaha semampunya.
Dan tolong, jangan bilang masalah ini k Aam, kaka kamu. Jangan biarkan jd beban pikiran dia.
 
Biarlah dia fokus dgn rencana pernikahannya agustus nanti.." Si Bapa mengungkapkan isi hatinya dan Min pun terdiam.
Dalam sakitnya.. Bapak tua itu tetap mengutamakan kebahagiaan anaknya.
Kebahagiaan Sang Anak, mereka rasakan sbg bahagianya.
 
Pertanyaan.. Apa kebahagiaan Ayah (ortu) termasuk bahagia kita?
Mmh...
Yang pasti, miliknya, hartanya, atau kedudukannya saja, yg sering kita akui sbg milik kita.
Jika tak ada.. ya tak sisa. Kasih anak alakadarnya
:-(

Ternyata co cuit ya, Si Bapaknya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti

"Teu Nanaon Ngan Nanaonan?" Mencoba menyelami Celotehan Ustad Evie Effendi