Terpapar Informasi Penyebab Penyimpangan Perilaku Anak


ilustrasi anak-anak bermain www.roksfull.com
Kaget bukan kepalang saat bibiku yang berprofesi sebagai guru agama mendapati tingkah ganjil 2 bocah laki-laki di teras depan rumah kosong tak jauh dari rumah bibiku.

Kala itu dia baru turun dari angkot yang mengantarnya dari sekolah dan berjalan menuju rumah yang berjarak sekitar 30 meter dari jalan raya. Tinggal terhalang dua rumah lagi, terkaget, beliau malah melihat 2 bocah, sebut saja Agus 6 tahun dan Ade 4 tahun, tengah bertingkah aneh.

Menurut penuturan bibiku, dia tak memergoki kontak fisik langsung keduanya. Yang membuatnya kaget adalah dalam posisi berdekatan celana keduanya melorot hingga posisi di bawah lutut. Agus tengah duduk dengan kedua tangan posisi bertahan di belakang, sedang Ade posisi merangkak di depannya.
Sontak, melihat itu, bibiku langsung teriak. "Hei! Nanaonan ari maraneh!" (Lagi ngapain, Kalian!)

Mendengar itu, agus hanya bilang, "Aduh, pengen pipis nih." Dan ade yang ngomongnya belum jelas cuma ngomong, "merosot aja nih celananya." Mereka pun bergegas pergi.

Gemetar kaki bibiku melanjutkan perjalanan menuju rumah yang tinggal terhalang dua rumah tetangganya. Terbayang jika yang beliau lihat tadi dua anak laki-lakinya yang berusia relatif mirip kedua bocah tadi.

Ketika beliau menceritakan ulang kejadian tersebut kepadaku, entah karena pikirannya masih belum berani berasumsi soal kemungkinan kelakuan terburuk yang 2 bocah tadi lakukan atau memang tak ada ide untuk disangkakan, beliau masih bingung soal apa yang hendak atau telah dilakukan dua anak tadi.

Hanya saja, sebelumnya, beliau pernah dengar bahwa Si Agus ini pernah dilecehkan anak kampung sebelah yang lebih besar sekitar 2 tahun di atasnya.

Kegetiran tampak dari cara beliau bercerita. Kegetiran yang berhulu pada kekhawatiran akan seperti apa anak-anaknya nanti jika lingkungan sekitar telah begitu tercemar seperti yang beliau saksikan.
Sampai sekarang, anak-anaknya bibi, atau adik-adik misanku memang terkesan ekslusif. Mereka tak pernah dibiarkan bergaul dengan anak-anak di seputaran tempat tinggal mereka. Sekolah di tempat yang agak jauh dan hanya bermain di dalam rumah.

"Apa Bibi harus bilangin soal ini ke orang tua mereka?" Tanya Bibiku menutup keluh kesahnya. "Harus disampaikan, tapi jangan langsung soal apa yang bibi lihat. Samakan dulu pandangan dan pemahamannya." Jawabku sedikit ragu.

Kisah di atas bukan terjadi di kota besar yang dengan kemajemukan sosial kulturalnya akan sangat biasa dengan kemunculan polah aneh anak manusia, khususnya, dalam hal orientasi dan perilaku seks. Entahlah, naluri dasar manusia ini, kini telah terlalu bebas diumbar dan dieksperimenkan.

Jika sekarang tengah heboh dengan disorientasi seksual, gay, lesbian, dan biseksual; Acaman perilaku seks menyimpang pada anak selalu jauh lebih luas dari hal tersebut. Macam-macam disorientasi tadi sekedar pilihan aplikasi yang paling mungkin dilakukan. Maka, itu yang mereka pilih.

Bohong besar kalo misal munculnya kasus dua bocah laki-laki bersenggama tadi dikarenakan mereka dianugerahi naluri untuk mencintai sesama jenis.

Haloooooooooooo....... apa Tuhan telah hilap hingga terjadi terlalu banyak kesalahan kode genetik hingga muncul komunitas gay SD, gay SMP, gay Depok, gay Jakarta Timur?

Kembali ke kisah tadi, biar lebih jelas, kejadiannya sendiri terjadi di salah satu sudut Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, dengan keseharian anak-anak laki-laki yang dihabiskan dengan layang-layang, kelereng, dan berantem. Jelas, tak ada ciri-ciri melambai dalam diri mereka.
Kemungkinan paling dekat dari musababnya fenomena ini adalah terpapar informasi yang tak layak mereka terima.

Dengan mulai menggeliatnya kawasan jatinangor menjadi kawasan terpadu yang siap menunjang bukan sisi pendidikan saja, lalu lintas informasi kian mudah keluar masuk. Baik itu melalui jalur pendatang maupun jalur tekhnologi yang sudah sulit tersaring.

Di sisi lain, pemahaman warga asal yang masih sangat sederhana juga menjadi celah mudahnya informasi tak layak konsumsi terserap oleh anak-anak yang belum mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk.

Semoga kita bisa senantiasa hadir di setiap informasi yang didapat anak-anak kita.

Kisah ini benar-benar terjadi dan dituturkan langsung narasumber. Ditulis oleh Andris Susanto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti

"Teu Nanaon Ngan Nanaonan?" Mencoba menyelami Celotehan Ustad Evie Effendi