Kedewasaan Tidak Ditentukan Usia


Sesaat lagi, kita akan menjalani pergantian tahun; dan meski secara pasti serta tepatnya ganti tahun tidak otomatis membuat kita bertambah usia--dalam hitungan tahun, kecuali mereka yang lahir tanggal 1 januari--tetap saja, orang-orang pada umumnya, lebih mudah menghitung usia manusia dengan hitungan tahun.

Lahir tahun 2000 di 2021 berarti udah 21 tahun, ya! 1995 berarti 26 tahun, terus.... Wooyy! Tiba-tiba ada yang protes, Gua lahir bulan desember, Woy! Hehe... kasian yang lahir akhir tahun, ya?

Ya sudah, biarkan saja! Anggap saja ganti tahun, memang ganti usia, kabar baiknya, hal itu tak ada hubungannya dengan kedewasaan atau kematangan. Qoute yang cukup populer dari seorang novelis bernama Lawana Blackwell berbunyi,

"Age is not guarantee of maturity."

Usia bukan jaminan dari kedewasaan.

Eh, apa malah kabar buruk, ya?

Apapun artinya bagi kamu, saya sangat setuju dengan ungkapan tersebut, dan sangat mudah untuk kita mendapati bukti kesesuaian antara ungkapan tersebut dengan realitas yang ada di sekitaran kita. Ada teman Anda yang nggak pernah bisa pergi atau mengurusi urusannya tanpa ditemani orang lain, bukan? Yang lain, selalu berlebihan bereaksi setiap merespon suatu kejadian, sekalipun peristiwanya cuma sekelas orang lewat tanpa permisi. Ada juga yang segalanya harus "aku" tanpa tahu apa bisanya "aku".

Kedewasaan atau kematangan memang sama sekali tidak tergantung dari usia. Kondisi mental tersebut tidak terbentuk dengan sendirinya. Pendidikan, interaksi sosial, dan pengalaman hidup, akan sangat berperan dalam membentuk kedewasaan seseorang. Kenapa? Karena kedewasaan ada pada sikap dan perilaku. Sedangkan sikap dan perilaku yang diambil seseorang, tak lain adalah hasil dari pertimbangan yang dilatari oleh tiga hal tadi; pendidikan, interaksi sosial, dan pengalaman hidup yang sempat terlewati.

Terus, seperti apa sih orang dewasa itu? Ya, seperti aku! Haha.... Jika jawabannya demikian, dipastikan orang yang ngomong itu sendiri belum dewasa. Secara psikologis, orang dewasa atau matang itu memiliki ciri-ciri pribadi yang antara lain:

1. Sadar Diri dan Tahu Diri

Orang yang matang itu mengerti posisi dirinya. Dia sadar diri, tahu dirinya sebagai apa, apa yang menjadi tugas dan kewenangannya, untuk selanjutnya dia tahu diri sehingga mampu menempatkan dirinya sesuai posisi yang dimilikinya.

2. Mampu Menahan Diri

Apa poin ini bisa disamakan dengan sabar. Menurut saya tidak terlalu pas. Menahan diri tidak berarti selalu merelakan dan membiarkan. Tapi, dia atau orang dewasa itu tidak grasak grusuk, semberono, dan memaksa. Dia paham kapan waktu dan tempat yang tepat dia harus berucap, bersikap, dan bertindak.

3. Empati

Dengan rasa empati ini, seorang yang matang mampu mengedepankan "rasa" saat berhadapan dengan orang lain. Tidak membawa semangat ke-akuan, menyepelekan orang lain, dan dia selalu mencoba mentransposisikan diri pada posisi orang lain. Bukan malah membawa orang lain untuk merasa berada di posisinya.

Saat berinteraksi dengan anak kecil, dia paham perasaan Si Anak; saat berhadapan dengan orang-orang susah dia mengerti beban apa yang mungkin ada dibenak mereka.

4. Mau dan Mampu Bertanggung Jawab

Untuk merealisasikan niat menjadi sikap dan tindakan, seseorang harus memiliki kemauan. Inilah bedanya! Seorang dewasa atau matang tidak akan gemar bernyaman-nyaman di tataran teori dan angan-angan. Dia memiliki kemauan dan selalu siap serta mampu bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan tersebut.

5. Mampu Memotivasi Diri Sendiri Maupun Orang Lain

Masih menyambung dengan ciri sebelumnya, orang yang matang itu tidak harus selalu punya stimulan atau dorongan dari luar untuk bergerak. Dia akan lakukan, apa yang layak untuk dia lakukan.

Seseorang yang matang tidak menunggu ada bayaran terlebih dahulu baru bergerak; tak butuh dipaksa dahulu baru mau turun bekerja; tak perlu dinasehati panjang lebar dahulu baru dia beranjak sadar.

***

Orang dewasa atau orang yang memiliki kematangan berpikir akan memilki sikap-sikap seperti di atas. Sifat-sifat tersebut seolah sudah menjadi protap baku dalam diri seseorang yang telah matang pemikirannya. Hal tersebut selalu terjaga karena orang yang matang paham, jika sikap kita tidak diarahkan, kita akan berat dalam menjalani hidup. Bathin kita akan tersiksa karena dia tak mampu menyelaraskan diri dengan kondisi sekitar; sulit mencapai kepuasan karena sikap kita tak searah dengan jalan menuju hasil terbaik yang bisa kita usahakan.

Bandung, 31122020

#filsafat #ngajifilsafat #fahruddinfaiz

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya

"Hirup Tong Kagok Ngan Tong Ngagokan!" Masih Mencoba Menyelami Colotehan Ustad Evie Effendi