Dah Males Buat Takut
kkp.go.id |
Sudah sekitar sembilan bulan kita dihantui penyebaran corona. Keluar rumah takut, ketemu orang takut, sampe nerima kiriman saja was-was minta ampun. Semprot, jemur, rendem, bahkan dibalikin karena salah tujuan.
Perasaan takut dalam menghadapi situasi pandemi jelas bukan hal yang tepat. Ketakutan malah membuat kita riskan dalam bersikap, karena takut kita bisa salah dalam bertindak. Orang yang tiba-tiba pingsan di jalan bukannya ditolong malah dijauhi, orang lebih mengutamakan masker daripada helm saat bermotor, orang disiplin jaga jarak di mesjid tapi jaga stok di super market. Ya... akhir-akhir ini banyak hal yang kadang kita jadi tak habis pikir. Eh, tapi bagus berarti, ya? Yang gawat itu justru kalo pikirnya habis.
So, kesimpulan pertama, kita jangan pernah takut. Syukurnya, orang-orang bilang, masyarakat kini sudah males buat takut. Ya bagus, lah! Emang kita tak boleh takut, kok! Dalam menghadapi wabah covid 19 ini kita jangan sekali-sekali takut, yang ada harus tetap waspada! Ingat 3 M! Meski sebenarnya, konsep 3 M sendiri udah tertinggal, ya. Dari awal 2000an, Aa Gym udah mem-populerkan istilah ini, loh! Mmh... Apa beda, ya?
Hanya sayang, pun takut sudah nggak jaman, kini masyarakat terkesan sudah kurang waspada, tepatnya, males juga sama protokol kesehatan. Jika dicermati, fenomena ini senada sama mulai kendornya kampanye #dirumahaja, loh! Jiwa belanja emak-emak mulai membara kembali, hasrat kongkow anak muda sudah bergelora lagi, dan semangat traveling para pemilik saving pun kian tak terbendung lagi. Beranjak, tagline buat penanganan penyebaran covid 19 pun kini lebih ke penggunaan masker, jaga jarak, dan hindari kerumunan. Lah iya, diam di rumah terus ekonomi bisa ancur! Ya, toh? Iya sih, apalagi kalo di rumahnya cuma bobo. Eh, tapi, tapi.... Ini kan jawaban do'a para pekerja yang nggak libur-libur kerja tapi belum juga menemukan gejala-gejala bakal kaya. Ya, tidak? Tentu tidak... tidak sedikit, paling tidak.
Berangkat dari fenomena beralih atau berkurangnya waspada kita terhadap ancaman corona dewasa ini, dan dipadu dengan statistik covid yang menujukan data penambahan suspect positif yang konsisten naik secara signifikan belakangan--hari ini, 13-12-2020, kenaikan ada di atas 6000 kasus--tak ada kata tidak, kita semua harus kembali waspada dan sama-sama mencegah penyebaran covid 19 dengan kembali berdisiplin diri dalam penerapan prokes.
Lah, tapi pilkada juga pada berkerumun, kok!? Eits, tak usah lempar alasan ke orang lain yang khilaf. Ingat, khilaf! So, nggk perlu diperpanjang. Fokus ke diri dan lingkungan masing-masing saja.
Meski iya juga, sih. Dua hari ini terdengar suara dangdutan di kampung sebelah. Mungkin ada hajatan. Ya... Semoga saja tetap menjalankan prokes. Saya nggak lihat juga, sih! Cuma denger. Bisa jadi biduannya di panggung, arena jogednya berjarak seratus meter dari panggung dan ditutup juga pake fiber glass. Kan bisa jadi, ya?
Ini penting. Karena jika sohibul hajat tak memperhatikan hal-hal demikian, ini ngeri, saudara! Jangan pikir udah bisa cuek karena kita sudah kadung biasa dengan corona. Penyebarannya makin meluas, korbannya makin banyak, dan sanksi pemerintah pun kian nyata, Gaes!
Dua kapolda dipecat dari jabatan, kepala daerah diperiksa, bahkan ada... terduga (kemarin belum tersangka) pelanggaran prokes yang baru masuk dalam proses penegakan aturannya saja, petugas terpaksa melakukan tindakan tegas dan terukur (menurut keterangan pers petugas) terhadap orang-orang yang dianggap menghambat penyelidikan kasus tersebut. Ada enam nyawa manusia yang terpaksa hilang.
Ngeri, kan? Jadi... hemat saya, sudahlah tahan diri dulu buat dulur-dulur yang mau syukuran nikahan, syukuran sunatan, atau syukuran dapet warisan. Kita utamakan kesehatan dan penerapan prokes dulu saja sehingga pandemi ini bisa cepat berakhir dan kita-kita tak masuk penjara hanya gara-gara ngopi bareng lebih dari lima peserta. Merdeka!
#3m #covid19 #dirumahaja #prokes #celotehandriswelt
Komentar
Posting Komentar