Lisensi Polisi Cepek

Di tengah beredarnya aksi heroik para pamen (perwira menengah) polri yang tak mengistimewakan diri sebagai penjahat, eh.. pejabat dan siap berhadapan langsung dengan para pelaku teror, di tingkat bawah justru sebaliknya.
Anggota polantas setingkat bintara yang biasa nongkrong di jalan justru sebaliknya. Entah kurang personil atau apa, eksistensinya justru lebih mentereng dalam hal negatif. Perannya pun sebagai pengatur lalu lintas sebagian mulai tergantikan dengan keberadaan polisi cepek.
Seiring terus bertambahnya volume kendaraan dan kian padatnya ruas perempatan maupun belokan, polisi cepek bermunculan dan tak dimungkiri keberadaannya cukup memberikan kontribusi dalam kelancaran perjalanan para pengguna jalan.
Kalaupun kadang mengesalkan dengan pengaturan yang seenaknya dan sikap kurang sopan sebagian oknum yang bikin risik dengan umpatan kala kita melintas tanpa memberi mereka uang recehan, bisa terbayang berapa lama kita nunggu sampai bisa berbalik arah tanpa bantuan mereka.
Tanpa peran mereka, masuk ke jalan utama apalagi balik arah di jalan raya adalah tantangan tersendiri. Para pengendara kendaraan di negara ini sepertinya orang asing semua. Sulit menemukan sikap toleransi apalagi santun yang konon adalah budaya bangsa indonesia.
Tak peduli orang hendak nyebrang, gas terus ditancap seolah menantang. "Berani masuk, gua tabrak, Loe!" Hmm.. Jika tak ada polisi cepek, bisa jadi masuk jalan utama hanya halal dilakukan dini hari saja.
Sayangnya, kadang intruksi polisi cepek juga membingungkan. Yang belok diutamakan! Tak peduli yang lurus dah ngantri dari sabang sampai cibubur. Nyuruh jalan yang sebrang, tanpa liat yang samping dah masuk setengah badan mobil. Perintahnya sering kacau saat lihat tangan pengendara ngacungin uang 2 ribuan biar segera dikasih jalan.
Maklum, profesi ini mulai banyak diminati sehingga personilnya kurang terlatih dan bisa jadi karbitan. Selain hasil yang menjanjikan, ijazah juga tak jadi patokan untuk menjadi polisi cepek. Modal keberanian dan siap disenggol bemper sudah cukup untuk berdiri di tengah jalan gantiin pak polisi yang lagi makan siang. Tampang serem dan bertato diutamakan, tentunya.
Dilema antara kebutuhan dan keresahan, sepertinya keberadaan polisi cepek perlu dibenahi jika memang personil polri tidak cukup untuk mengatasi keruwetan jalanan di perkotaan. Polisi cepek harus punya lisensi layaknya wasit sepakbola atau produk kecantikan.
Hal ini tidak berlebihan, keberadaan mereka menyangkut nasib bodi mobil mewah dan lutut lecet anak smp yang bersliweran naik motor pake celana pendek.
Yakin, mereka pun tak akan keberatan. Karena jangan dikira, kalaupun recehan gope sampe noceng. Penghasilan yang mereka dapat cukup menggiurkan. Sempat saya lihat para polisi cepek di salah satu ruas Jalan Ir. Juanda, Bandung (kebetulan samping kantor saya), menghitung uang hasil satu shift mereka. Setelah dibagi untuk 3 orang, masing-masing dapet 50 ribuan. Itu satu shift, loh! Durasinya maksimal 2 jam. Satu hari bisa 2 shift. Berarti rata-rata sehari mereka dapet duit 100 ribu dan sebulan kurang lebih 3 jutaan!
Jelas, sangat lumayan untuk jam kerja 4 jam sehari. Bayangkan dengan tukang baso cuangki yang kurang lebih dapet dibilangan yang sama. Mereka masih harus keliling gang dan bawa tanggungan pula.
Untuk pelayanan yang lebih baik, daripada nambah personil polantas yang berarti nambah beban negara juga, tak rugi jika negara mengeluarkan lisensi polisi cepek.
Teknisnya bisa diatur. Apa langsung dibawah binaan polri seperti halnya dulu mereka membentuk kamra, atau diasuh pemkot seperti pasukan ungu miliknya Ridwan Kamil. Bebas, yang pasti ada pelatihan dan arahan agar tugas dan wewenangnya lebih jelas dan teknik pengaturan lalu lintas mereka berlandaskan pengetahuan yang baik dan benar layaknya EYD.
Selain itu, pembenahan juga perlu dilakukan demi keselamatan dan kesejahtraan mereka juga. Beberapa bulan lalu terdengar kabar seorang polisi cepek di kawasan Cilengkrang, Bandung kritis ditabrak pengendara mobil. Entah sebab apa, tapi dari info saksi, yang bersangkutan tengah bertugas saat musibah menimpanya.
Juga soal penghasilan, dengan pembinaan, diharapkan mereka bisa lebih memenej penghasilannya agar tidak mudah habis semudah mereka dapat dan kesejahraan keluarga mereka bisa ditingkatkan.
Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada para polisi cepek atas peran membantu mengatur lalu lintas, utamakan keselamatan dan keikhlasan, dan semoga keberadaan kalian dapat berdampak positif bagi masyarakat serta keluarga di rumah.

#profesialternatif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Teu Nanaon Ngan Nanaonan?" Mencoba menyelami Celotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya