Don't Judge a Book by Its Cover, Belajar dari Sisi Lain Jose Mourinho

Jose Mourinho, liputan6.com

Sebuah pepatah mengatakan jangan menghakimi atau menilai buku dari sampulnya, don't judge a book by its cover; semua orang pasti paham maksudnya. Tapi pepatah tinggal pepatah, sekali sempat kita dipertemukan dengan orang yang penampilan atau tampangnya membuat kita tak nyaman, kadang kita otomatis tak menyukai atau berpandangan negatif terhadap orang tersebut.

Dilarang? Tentu saja tidak. Penilaan Anda terhadap seseorang adalah hak prerogatif Anda. Karenanya, sangat baik jika hal itu bukan buah dari interupsi atau arahan orang lain. Namun, ada baiknya juga jika Anda membiasakan untuk menahan diri saat berniat untuk menyematkan penilaian bernada negatif terhadap seseorang. Takutnya, ternyata orang tersebut malah sosok yang akan berpengaruh besar pada kehidupan Anda; atau paling tidak, orang yang kemudian bakal banyak berinteraksi dengan Anda--atasan atau partner hebat Anda. Akan rumit jika dari awal kita sudah tak suka.

Salah satu gambaran dari layaknya pepatah yang saya jadikan judul di atas untuk kita aplikasikan ada dalam sosok Jose Mourinho. Pelatih legendaris Chelsea FC yang juga pernah menangani Porto, Inter Milan, Madrid, dan Manchester United ini, sekilas tampangnya memang layak untuk diasumsikan sebagai orang yang kurang menyenangkan. Gayanya angkuh, pernyataannya sombong, bahkan sering menyerang lawan dengan celotehan-celotehannya yang pedas.

Saat dia hijrah ke Chelsea tahun 2004, di depan awak media dengan yakin dia sesumbar akan mengacak-ngacak papan atas klasemen EPL yang waktu itu selalu menjadi hunian Manchester United, Arsenal, dan Liverpool. Meski mungkin hal itu wajar mengingat kesuksesannya mengantar FC Porto menjadi kampiun eropa pada 2003, tetap saja hal tersebut memancing kegeraman para manager senior di sana.

Namun, di balik kesan dari tampilan luar Jose Mourinho yang arogan, nyatanya, pelatih kelahiran 26 Januari 1963 ini adalah pribadi yang hangat dan humanis. Beberapa tahun lalu, dengan manis dia menghadiahkan rosario pemberian ayahnya untuk seorang gadis difabel yang hadir di salah satu laga inter milan.

Pengakuan kedekatannya dengan para pemain pun keluar dari Samuel Eto'o yang pernah menjadi salah satu anak asuhnya. The Special one masih sering berbalas pesan melalui WhatsApp dengan para mantan pemain yang pernah dilatihnya meski mereka sudah tak memiliki hubungan profesional lagi.

Bahkan baru-baru ini, pelatih yang kini tengah menangani Tottenham Hotspur ini mengundang simpati media dan netizen dunia dengan sikap terpujinya saat menanggapi permintaan foto bersama dari Igor Aleksandrovic, seorang reporter dari Makedonia Utara--salah satu negara di kawasan balkan.

Dilansir dari detik.com, momen tersebut terjadi saat konferensi pers jelang pertandingan Tottenham Hotspur kontra Shkendija di ajang kualifikasi Liga Eropa 2020-2021 yang dihelat di Tose Proeski Arena, Skopje, (Kamis, 24/09/2020).

Igor yang sudah berusaha mengangkat tangan pada jumpa pers via zoom tersebut hampir kecewa karena tak bisa mendapatkan kesempatan bertanya. Beruntung, Mouri menyadari hal tersebut dan balik mempersilahkannya untuk bertanya.

Mendapatkan kesempatan emas dari pelatih berusia 57 tahun tersebut, Igor Aleksandrovic pun mengajukan pertanyaan bernuansa personal yang diawali dengan kisah mendiang ayahnya yang begitu mengagumi Jose Mourinho.

"Ketika (ayahku) sedang sakit keras, dia mengatakan kepadaku, jika punya kesempatan bertemu denganmu, dia ingin meminta foto dirimu karena ia selalu bilang kepadaku agar bisa menjadi seperti dirimu dan bahkan mendidikku agar bisa menjadi sepertimu," kata Si Reporter.

"Dan dia, ayahku, punya hormat yang besar terhadapmu. Dan jika berkenan, aku ingin foto bareng bersamamu untuk kemudian aku akan membingkai foto itu lalu menaruhnya di tempat peristirahatan terakhir beliau. Jadi, jika pertandingannya nanti bagus untukmu dan tim, apakah kamu memberi izin untuk melakukan foto bersama?" tanya Igor Aleksandrovic kepada Pelatih terbaik FIFA 2010 tersebut.

Tak disangka, menanggapi permintaan tersebut, Mouri memberikan jawaban yang begitu menyejukan.

"Foto itu tidak berkaitan dengan hasil. Setuju, kita akan lakukan itu," ucap Mourinho.

"Jika kamu bisa menemui kami sebelum pertandingan, atau akan lebih mudah jika bisa bertemu di hotel tim. Juga boleh jika memang harus setelah laga. Hal itu tidak ada kaitannya dengan hasil. Menjadi sebuah kehormatan buatku untuk foto bersamamu."

"Dan menjadi kebanggaan besar buatku untuk mengetahui seberapa kuat perasaan ayahmu tentang diriku. Aku benar-benar tak pantas untuk mendapatkannya, tapi terima kasih banyak untuk hal tersebut," tutup Mourinho.

Luar biasa, bukan? Mourinho yang kadung dipandang publik sebagai sosok yang "unfriendly" ternyata merupakan pribadi yang begitu humanis, hangat, dan tidak arogan.

Kisah Jose Mourinho di atas menurut saya merupakan salah satu contoh mengapa kita tidak seharusnya tergesa menyimpulkan soal kepribadian seseorang hanya berdasarkan pada tampilan luar--apa yang dikenakan atau mimik yang dimunculkan. Kadang, kita butuh lebih dari sekedar bertemu untuk tahu bagaimana sebenarnya sifat seseorang.

Saran saya, jika berhadapan dengan orang dengan kesan kurang bersahabat, cobalah untuk mencari lagi dua atau tiga kali kesempatan berbincang atau mengamati tutur dan gesturnya. Setelah itu, bisa jadi Anda malah menemukan sisi yang 180 derajat berbeda dari kesan awal Anda terhadap orang tersebut.

Tapi, jika hal tersebut ternyata tidak membantu, bisa jadi, karakter orang tersebut memanglah bukanlah tipe yang tepat untuk bisa diajak berteman; atau... cobalah juga evaluasi diri Anda sendiri. Jangan-jangan, justru pribadi Anda yang malah bermasalah? Hehe....
Just say....

Papi Badar, 25092020
#dontjudgeabookbyitscover  #josemourinho #thespecialone

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Hirup Tong Kagok Ngan Tong Ngagokan!" Masih Mencoba Menyelami Colotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya