Dear My Little Lion

Dok. Pribadi

Surat Kecil untuk Anak Lelakiku...

Memiliki anak laki-laki adalah idaman seorang ayah pada umumnya. Selain sebagai pelipur lara dan pemberi canda di tengah keluarga, ada sepenggal harap yang dititipkan seorang ayah kepada anak lelakinya. Sesosok pria yang kelak dapat juga memberikan peran sebagai pelindung, penenang, atau pemecah kebuntuan dalam keluarga saat persoalan sesekali tiba adalah asa dari hadirnya seorang lelaki lain selain figur Sang Ayah.

Bukan. Sebenarnya tak ada orang tua yang ingin membebankan hal tersebut untuk bisa diperankan oleh seorang anak. Selama mampu, seberat apa pun, setiap orang tua akan berusaha sekuatnya memenuhi kebutuhan keluarganya tanpa mau berbagi beban dengan Sang Anak. Ya, pembuktian tentang hal itu sudah sering kita temui.

Dear My Little Lion, Anak lelakiku, jika Engkau akhirnya membaca tulisan ini, Papih harap kau telah beranjak dewasa dan bisa memahami tulisan sederhana ini. Niatan Papih menulis ini tak lain dari sekedar berbagi kenangan manis tentang kamu yang semoga berharga untuk dikenang kembali. Sengaja dituang dalam tulisan karena bisa jadi jika kau telah dewasa, bahasa verbal lebih sulit dicerna secara leluasa atau akan ada rasa canggung untuk membicarakan hal yang tak masuk skala prioritas dalam agendamu. Kalaupun Papih harap, saat kau temui tulisan ini, kamu masih semanis dan selembut seperti saat tulisan ini tergores.

Ya, seperti saat ini. Seperti apa yang terjadi kemarin sore, Sabtu, 04/11/2017.
Cukup kaget, dari jendela kamar papih melihat kamu tengah menangis tersedu di samping ibu yang sedang tiduran. Dugaan pertama yang muncul adalah kecewa karena pendapat kamu disanggah ibu. Yup.. kamu adalah seorang anak yang teguh akan hal-hal yang sudah diyakini. Sampai-sampai anak tetangga pun kau marahi karena tak berdo'a sebelum makan..haha

Setelah masuk kamar, dalam pelukan papih kamu pun berujar masih sambil tersedu, "Aku takut.. Ibunya muntah aja." Sangka tadi pun terpatahkan. Terlebih setelah ibu yang ternyata memang baru saja muntah-muntah dan tampak lemas juga menjelaskan apa yang telah terjadi di dalam rumah.
Tak lama setelah Papih keluar rumah, mual-mual Ibu kambuh lagi. Kamu yang baru bangun tidur kaget dan bingung. Mondar-mandir mencari papih sambil khawatir melihat kondisi ibu. Tak tahu papih kemana, akhirnya kamu cuma bisa dampingi ibu sambil menangis. Membawakannya minum dan tak henti bertanya sendiri, "Papih kemana, sih?"

Maaf ya, sayangku. Papih memang tak bilang mau pergi ke rumah tetangga untuk bermain catur. Papih sangka kalian tengah tertidur berdua di kamar dan menganggap tak ada hal yang perlu dikhawatirkan sampai handphone pun tak papih bawa saat itu.

Kejadian ini begitu menyentuh bagi kami. Bahkan ibu menceritakannya sambil terus menyeka air mata. Kejadian ini pun kembali memperlihatkan betapa kamu peduli dan sayang sama ibu. Ya.. ini hanya salah satu bukti sayangnya kamu terhadap ibu. Bukti lain adalah selalu ingatnya kamu untuk berbagi makanan dengan Sang Bunda. Papih yang diminta harus juga membeli sorabi oncom kesukaan ibu saat hanya membeli yang rasa coklat buat kamu atau setengah porsi roti bakar keju yang harus dibungkus buat ibu saat kita berdua makan siang di sekitar Salman ITB.

Kepedulian kamu sebenarnya bukan melulu terhadap ibu. Kamu tipe pemerhati orang dan tak akan tahan untuk tidak berkomentar saat melihat ada yang tampak berbeda..haha Kamu nyontek papih yang suka usil sama urusan orang, sepertinya.

Hmm.. Sudahlah. Intinya, saat ini, Papih sama Ibu sangat bersyukur atas sosok 'singa kecil' yang memiliki kepedulian tinggi terhadap orang-orang di sekitarnya.

Anakku.. hal yang perlu direnungkan adalah akan adanya banyak hal yang mungkin bisa mengurangi intensitas hubungan orang tua dan anak. Baik itu dalam kuantitas maupun kualitas. Kesibukan, munculnya anggota keluarga / sahabat baru yang juga meminta waktu, atau bahkan kondisi dimana keleluasaan itu sulit diciptakan, adalah beberapa alasan yang bahkan bisa saja ditambah dengan banyak lagi alasan lain untuk tidak bisa mengungkapkan kepedulian dan kasih sayang kita terhadap orang tua kita.

Sekedar harap, semoga hal itu dapat dimininalisir dalam keluarga kita kalaupun tak ada yang salah jika kondisi berkata lain. Yup.. seperti papih yang saat ini belum juga sempat menjenguk kakek dan nenek kamu di cianjur. Semoga mereka ada dalam kesehatan dan kecukupan.

Terakhir, semoga hari berganti, tahun berlalu, sifat peduli dan kasih sayangmu tetap terpelihara dan ikatan kita semakin kuat terjaga.

Bandung, 5/11/2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

"Hirup Tong Kagok Ngan Tong Ngagokan!" Masih Mencoba Menyelami Colotehan Ustad Evie Effendi

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya