Postingan

Pig Buchering Scam ala K-Drama

Gambar
  “Almost people here dreams about Korea.” Itu kalimat pertama yang aku katakan setelah seseorang yang “mengaku” bernama Kim dan berasal dari KBK mengirimi DM IG. KBK, Kuria Belah Kidul. Awalnya nanya dimana aku berfoto. . Kalaupun akun IG-nya janggal, you know lah, karena baik hatinya aku, maka lanjutlah chat kita sampai ke Wa...wkkk . Menggambarkan diri sebagai perempuan muda cantik, sukses, punya pabrik garmen, bisnis ekspor impor, dan hidup dalam gaya yang super glamor tapi dermawan, dengan murah hatinya dia rajin menyapaku, mengabari dia makan apa, sampai show up beli tas LV buat kado ultah sepupunya. Keren amat manejemen waktunya, ya? Terus, apa aku sepenting itu? Huehe... . Awalnya seneng-seneng aja, kan pertama punya temen dari luar planet. Terlebih dari KBK tadi, dulu aja aku pengen beli salah satu personil snsd buat pajangan ruang tamu...wkkk . Cuma kalo dipikir logis, makin banyak anehnya, sih! Dengan gaya yang wah, Si Kim ini tampak begitu kepo sama peng

Menikahlah Secara Rasional

Gambar
  Sebelumnya, saya declar dulu tulisan ini tak berisi pesan personal ya. Terlintas saja pas nemu statement bagus pas tadi nyimak sebuah video di salah satu channel youtube. Isinya sendiri berisi ulasan singkat tentang pesan moral dari kejadian viral mantu yang selingkuhi mertua. Ya, itu! Saya ikut mengutuk fenomena itu, tapi tak tertarik untuk membahas detailnya, ya! Sudahlah, skip! Lanjut, statementnya sendiri kurang lebih seperti ini, “Menikahlah atau berpasanganlah secara rasional! Kenapa? Karena masyarakat kita menganggap pernikahan itu sakral tapi (diputuskan secara) emosional.” Benarkah? Kroscek saja, list alasan orang-orang di sekitar Anda saat memutuskan untuk menikah. Tentu tak sedikit yang berangkat dari alasan cinta, obsesi, kebanggaan, kenyamanan, atau apalah yang intinya soal perasaan semata. Mereka lupa soal betapa perasaan sangat mungkin suatu waktu berubah dan yang pasti, perasaan tak mungkin mengubah buih menjadi permadani kala kita butuh selonjoran. Mengubah a

Smile, It's Sunnah!

Gambar
  Alhamdulillah... (dok.pribadi) Sungguh, Senyum itu Lebih Baik dari Cakueum . Petang itu mantan tetanggaku, Pa Dedi, datang bertamu. Kusebut mantan karena sebenarnya beliau tak lagi tinggal di komplek kami. Lewat satu dua kalimat, akhirnya diketahuilah bahwa kedatangannya untuk mendapatkan surat pengantar NA. “Mau nikah lagi, Pak?” tanyaku sedikit bercanda tapi banyak prasangka. Hahaha.... “Ah, Si Bapak mah! Buat anak saya,” jawabnya. “Oh... alhamdulillah. Kapan, Pak?” “Kamis lusa, Pak.” Sejenak aku melirik ke arahnya dengan raut heran diujungi sedikit senyuman. Pak Dedi membalas dengan senyuman lebar yang menjadi cirinya. “Aneh...” pikirku tak habis pikir. Bukan apa-apa, Baraya! Yang sudah-sudah biasanya mengurusi administrasi nikah itu jauh-jauh hari sebelum hari H. Bahkan ada yang dari dua atau tiga bulan sebelumnya sudah minta pengantar dari RT RW. Lewat seonggok obrolan yang dipicu kekepoan si pengurus RT ini, benang keriting itu perlahan mulai melurus, dan kejuta

Ketinggalan Kereta (Cerpen)

Gambar
  KRD (dok.pribadi) Tak seperti biasa, hari itu Atep berangkat kerja dengan tergesa. Keluar rumah, segera dia memanggil ojek yang mangkal di belokan. . “Mang Udin, hayu!” “Kemana?” “Stasiun. Cepet, kesiangan ini!” “Siap!” . Udin yang masih tetangga Atep merasa bertanggung jawab atas berhasilnya Atep datang kerja tepat waktu. Segala kemampuan sebagai ompang senior pun dia kerahkan. Lewat turunan tak pakai rem; angkot ngeyel dia timpukin, eh klaksonin; bahkan tiga tronton parkir pun mampu dia salip tanpa hambatan. Tsaaah! Hingga akhirnya dia tiba di stasiun pukul 06:16. . Belum juga Atep menginjakan kaki di teras stasiun, “Ngoook... jes jes!” Kereta yang harusnya mengantar Atep berangkat kantor itu melengos pergi tanpa pamitan. Jadwal keberangkatannya memang 06:15. . Dengan tangan memegang erat tali tas jinjingnya, Atep hanya mampu berdiri terpaku sambil melihat KRD tercintanya melaju menjauh. Dia membatin, betapa tega kereta yang setia dia gunakan tiap pagi itu t

Everyone Has Their Own Clock

Gambar
  Suatu waktu seorang teman sempat mengirim video motivasi kepada saya tentang setiap orang memiliki waktunya sendiri-sendiri dalam meraih apa yang dia impikan. Everyone has their own clock, begitu kurang lebih judul videonya. Entah terkait apa kirimannya kala itu, saya lupa. Hanya saja, pesan dari kiriman tersebut kini menjadi sangat relevan bagi saya. Terlebih, di usia saya yang qadarullah sudah menginjak kepala empat ini. Life begins at forty! Begitu teman saya yang lain kerap kali berseloroh. Empat puluh tahun tanpa pencapaian yang mengagumkan? Mmh.... Sulit sekali untuk saya dapat menyangkal pertanyaan tersebut jika saja tak takut terjerumus pada kekufuran atas segala Karunia Allah SWT yang tak pernah hentinya Dia Curahkan. Sebagai seorang manusia yang selalu saja miliki pengharapan lebih, sepertinya, hampir tidaklah mungkin untuk tak memiliki ketidakpuasan dalam hidup. Pun saya pribadi, menjelang usia 40, ceritanya, saya selalu bercita-cita untuk bisa menerbitkan buku sen

Tahu Diri

Gambar
dok.pribadi Gema tahrim mengiring terjagaku di sepenggal waktu sebelum subuh tadi pagi. Bersyukur, akhir-akhir ini aku selalu tertidur di sekitaran jam 10 malam, karenanya bisa terbangun sebelum subuh datang. Alhamdulillah! Entah itu tak sengaja tertidur di ruang tamu, depan tivi, atau memang terlelap di atas kasur dengan headset masih terpasang. Gimana datangnya kantuk mengatup mata saja. .   Syukurnya lagi, kini hampir selalu kuucap Puji kepada Sang Illahi atas kesempatan yang Dia Beri untukku membuka mata kembali. Ritual yang umumnya hanya populer di rentang usia 5—10, ya? Puji syukur bagi-Mu yang telah Menghidupkan kembali kami setelah Mematikan, dan hanya kepada-Mu kami Dibangkitkan. .   Kenapa? Ya, karena aku dipaksa untuk itu. .   Terlalu banyak lintasan peristiwa yang memaksaku untuk mengakui bahwa tak ada kuasa sedikitpun diri ini untuk memastikan satu dua jenak ke depan hidup akan berjalan sebagaimana biasanya. Ya, biasanya sekalipun! Tak usah ditambah emb

Aplikasi Sentuh Tanahku, Solusi Pengecekan Letak Bidang Tanah

Gambar
Tampilan Aplikasi Sentuh Tanahku (sreenshot handphone) Letak bidang atau posisi tanah yang benar adalah hal paling dasar bagi seorang penilai properti saat dia melakukan penilaian atas properti berupa tanah atau tanah dan bangunan. Jika terjadi kekeliruan sedikit saja dalam memastikan posisi atau letak bidang tanah, maka hal itu menjadi sebuah kesalahan fatal dalam sebuah penilaian. Tanah itu unik, tidak pernah ada duplikatnya, dan tak mungkin dapat dipersamakan antara bidang satu dan lainnya. Untuk satu titik tanah di bumi ini, maka tak akan ada lagi titik lainnya. Lantas, jika tak pernah ada yang sama, kenapa bisa keliru? Kekeliruan dalam memastikan posisi tanah dalam penilaian tak terlepas dari konteks kepemilikan tanah itu sendiri. Satu bidang tanah pasti merujuk kepada sebuah bukti kepemilikan; dan untuk membedakannya, dalam bukti kepemilikan tanah, baik itu SHM, SHGB, SHGU, dan lainnya, selalu tercantum denah atau gambar lokasi yang menunjukan posisi bidang tanah dimaksud.