Om Tololet Om


Jelang ganti tahun lalu, medsos heboh dengan viralnya 'telolet'. Dari anak sampai biang anak, dari orang biasa sampai aparat negara, dari orang desa sampai selebritis dunia, kena wabah telolet yang lebih ganas menyebar daripada malaria.

Mungkin bagi segelintir pionirnya telolet punya makna mendalam dari sekedar seru-seruan, tapi kemungkinan, para penerusnya sekedar ikut memeriahkan kehebohan dunia maya. Ya sudah, saya cuma numpang bengong.

Cuma kalo iseng ikut mikir, bagi saya tak perlu kajian bahasa untuk tidak ikut-ikutan minta telolet. Mohon maaf, dengan berat hati saya katakan, anak-anak indonesia bisa memunculkan hal yang lebih kreatif dari sekedar telolet (jika memang anak-anak yang memulai demam telolet).

Mengisi liburan, banyak hal yang bisa dijadikan agenda seru dalam bermain. Kenapa harus telolet? Saya jadi ngayal, andai anak dulu sudah mengenal medsos, mungkinkah akurasi men'centang' kelereng, kemahiran membuat mobil-mobilan dari kayu, atau jago main 'engklek', bisa viral di medsos pas musim liburan tiba?

Sayangnya, bisa jadi, sudah aktifnya anak-anak menjadi praktisi medsos justru merupakan hulu dari meledaknya rudal telolet. Jika benar, viralnya permainan tradisional hanya berupa isapan jempol karena waktu untuk berkreativitas anak banyak tersita dengan update status, bales chat teman, plus game online.

Ok, semua ada jamannya. Tapi, jika ada hal baik warisan jaman terdahulu, kenapa harus ditinggalkan dan dicap nggk jaman karena munculnya hal baru? Ada keahlian bahkan nilai positif yang diasah dalam permainan tradisional seperti galah, engkle, kelereng, dan mobil-mobilan. Akurasi, kerja tim, keuletan, kepedulian, motorik, dan tentu saja hiburan.

Bahkan, untuk sebagian anak yang cerdik permainan tradisional bisa bernilai ekonomi. Misal dengan menjual mobil-mobilan buatannya atau kelereng yang terkumpul hasil bermain.

Banyak manfaatnya, kan? Nah, kenapa tidak kita coba lebih mengarahkan mereka pada tipe permainan jaman dulu? Jika mau, hal tersebut bisa dimulai dengan membatasi anak memegang gadget dan lebih mengenalkan anak pada aktivitas outdoor.

Semoga dengan demikian, demam telolet tidak berlanjut atau memunculkan deman lain yang setipe.
Bukan apa-apa, saking sulitnya nyari faedah dari telolet, bagi kami.. eh, 'mereka' maksudnya yang menghabiskan masa kanak-kanak di era 90an bahkan sebelumnya, seruan telolet terdengar seperti, 'Om TOLOLet Om'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya