Sawah, Sebuah Cerpen

Sawah Sudah sangat berbeda, pesawahan itu kini tinggal menyisakan dua garis pematang yang memisahkan 3 sisi petak-petak sawah di kiri dan kanannya. Panjang masing-masing pematang tak lebih dari 200 meter. Jumlah petak sawahnya pun tinggal tujuh belas. Persis usiaku sekarang. Kontras dengan 13 tahun lalu saat aku dan bapakku sering duduk di pinggir pematang yang sudah dilapis semen dan lebih mirip jalan gang daripada galengan . Sedari dulu, pematang tengah pesawahan ini memang telah dibuat lebih kokoh karena difungsikan bukan sekedar pembatas hak para pemilik sawah tetapi juga jalan penghubung antara kampungku dengan jalan desa. Karenanya, pematang ini lebih sering diinjaki ban sepeda motor daripada kaki kerbau yang hendak membajak sawah. Kerbau yang membajak sawah. Ya, itulah alasanku kerap kali merengek minta jalan-jalan ke sawah pada bapakku. Biasanya, bapakku sudah duduk di kursi depan ditemani kopi hitam beraroma khas. Jika aroma kopi sudah kucium, mata sepet ...