Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Santuy, Kuy! (Cerpen)

Gambar
pixabay.com Oleh: Sri Sundari untuk September Bercerpen “Ayo atuh, Dede! Mau apa nanti Mama beliin.” Yuli membujuk Ari anak bungsunya agar mau makan nasi. “Gak mauuuu ….” Ari malah berlari menjauh, merapatkan tubuhnya ke tembok dapur. Wajahnya ada dalam tanda-tanda mau menangis, bibirnya manyun. Yuli menyerah lagi. Sudah berbagai cara dilakukannya untuk membujuk Ari agar mau makan nasi sampai anak itu juga bingung mau minta apa lagi. Soalnya, semua keinginan Ari sudah Yuli penuhi. Dari makanan biasa sampai yang aneh di mulut, mainan murah sampai mahal juga sudah dia punya. Tapi tetap saja, nasi tak pernah ada yang bisa mendarat di mulutnya--bujukannya saja yang habis-habisan; menguras kata juga biaya. Untung saja dia belum minta smartphone, playstation teranyar atau drone. Kalau minta itu, tentu Yuli lebih repot. “Sini, Teteh suapin! Ria, bantuin pegang Dede, yu! Ayo, Deee … nguing nguing ….” Ira mengajak Ria mengejar Ari. Mereka menakut-nakuti adiknya dengan sesendok nasi

Di Balik Viralnya Es Koprol

Gambar
flickr.com Oleh: Cahaya Halimah untuk September Bercerpen Cahaya rembulan menerangi gelapnya malam, hunian yang tak tampak diterangi lampu menjadi hitam pekat disanding angin yang berhembus dingin, membuat bulu kudukku berdiri. Begitulah suasana kampung kami. Penggusuran membuat bangunan hancur dengan sendirinya; menyisakan bata-bata yang tak ikut terkikis dan semak belukar yang menjadi penghuninya. Mata batin yang kumiliki terkadang menembus mampu netra sewajarnya. Selalu ingin kuhempaskan, tetapi kehendak hanyalah tinggal kehendak. Semisal saat ini, malam terang bulan menyisakan sebuah kenangan begitu kelam dalam memori. Entah kenapa, setiap bulan purnama ada saja kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Sabtu malam sebenarnya aku hanya ingin berteman dengan secangkir kopi. Seruput cairan hitam itu terus kunikmati dengan melihat indahnya kesempurnaan cahaya di angkasa sana. Tiba-tiba suara klakson membuyarkan lamunan. Sepupuku datang. Seperti biasa, kami

Penerbangan Pertama (Cerpen)

Gambar
Ilustrasi Penerbangan, pixabay.com Author: Elisabeth Florata Daeng Untuk September Bercerpen "Dita, ada lowongan pekerjaan nih, bidangnya sesuai dengan jurusan D3 kamu. Mau coba?" ujarku kepada Dita sahabatku. Kebetulan, dia baru saja sidang dan sedang menunggu wisuda bulan Oktober ini. "Wah, Manajemen Perkantoran, pas banget. Gak masalah gitu belum ada ijazahnya?" "Ok, aku hubungi dulu teman yang menginformasikan ini ya?" ujarku. Tak berapa lama, aku pun menghubungi Dita kembali. "Dita, gak masalah ijazah belum keluar. Siapkan CV dan essay tentang dirimu aja. Besok wawancara, ya! Aku kasih alamatnya via WA. Besok jangan telat, datang jam 9 pagi, ok?"  Aku pun menutup panggilan dan mengirimkan alamat untuk interview besok.  Esoknya, tepat jam 12 Dita berkunjung ke kostanku. Sepertinya, dia akan menceritakan pengalaman hasil wawancara tadi. Aku pun membuka pintu dan mempersilakannya masuk. "Nana, aku diterima, tapi ditempa

Makmum

Gambar
Moslem Pray, pixabay.com Author: Sri Sundari Untuk September Bercerpen “Di dekat rumahmu ada pohon kelor, kan?” tanya Fany. Kedua matanya bulat membelalak, mulutnya menyedot-nyedot udara karena kepedasan. Aul mengangguk, sambil membenahi jilbabnya yang miring. Rumah Aul memang dikelilingi tanaman karena ayahnya suka berkebun. “Kalau begitu tidak usah khawatir, mereka takut sama daun kelor,” lanjut Fany sambil membuang plastik bekas cilok ke tempat sampah. Ucapan Fany yang terakhir sedikit membuat Aul lega, tapi dia masih ketakutan sampai akhirnya, kebersamaan mereka pun dipisahkan dentang bel istirahat selesai. Fany masuk ke ruang kelas tiga B sedangkan Aul kembali masuk ke kelas tiga A untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Menjelang maghrib Aul melihat ke arah jendela kamar, di luar sana daun kelor bergerak-gerak terkena gerimis yang lumayan besar. Angin menyeruak masuk, membuat kamar Aul menjadi dingin. Lantunan puji-pujian terdengar dari pengeras suara di masjid. Waktu

How Can I Not Love You (Cerbung)

Gambar
family, candidmama.com Part1 Istrimu Bisa Apa? Dulu, semasa kuliah, seorang teman pernah berseloroh, “Kalo udah rumah tangga mah, beda cara ngeluarin odol aja bisa jadi berantem!” Maksudnya beda cara di sini adalah mencet odol dari tengah atau dari mana pun yang penting keluar, or memijitnya dari bawah sebagai usaha dari penggunaan yang hemat dan sesuai kaidah baku yang disepakati para penganutnya --termasuk aku (tutup muka). Waktu itu aku sama sekali tak ambil pusing omongan temen tadi. Lah, ngapain? Orang kawin juga belum! Kerajinan amat mikir gituan! Sebenarnya yang jadi alasan pokoknya bukan itu, sih! Nggak percaya dan lebay aja kesannya. Meski itu hanya perumpamaan, kayaknya berlebihan amat kalo berantem cuma karena masalah mencet odol. Apa nggak ada yang elit-an, gitu? Tapi iya, ada loh yang pasangan or istrinya marah hanya karena lupa ditelepon pas jam makan siang atau cemburu sama artis sinetron india yang sampe lebaran monyet pun nggak bakal pernah mereka DM-an.

Mengenal Istilah Kolektabilitas (Collectability) Kredit dalam SLIK OJK

Gambar
Ilustrasi kredit, zeebiz.com Assalamu'alaikum! Halo semuanya! Semoga Anda ada dalam kesejahteraan dan tidak dalam tekanan tagihan. Mmh ... kalaupun ada yang kadung dikejar utang, semoga Allah SWT segera memampukan Anda melunasinya. Aamiin! Weiiis ... semangat amat aminnya? Hehe.... Baik, tanpa harus banyak ba bi bu, di sini saya ingin share sebanyak soal kolektabilitas atau yang sering kita dengar dengan istilah coll 1, coll 2, sampe coll 5. Nggak asing lah, ya? Terus, apa sebenarnya kolektibilitas itu, Bapak - Ibu? Kolektabilitas atau collectability adalah status angsuran kredit seorang debitur pada salah satu bank yang menunjukan lancar atau tidaknya yang bersangkutan dalam membayar cicilannya. Jika Anda mengambil kredit di suatu bank baik itu KPR, multiguna, modal usaha, atau apapun, termasuk kredit kendaraan di beragam leasing yang kini sudah tak asing, catatannya akan muncul di Sistem Layanan Informasi Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (SLIK OJK) --sebelumnya mengg