Sephia, Alangkah Beruntungnya Nasibmu!

Cheating, medium.com

Merasa hubungan yang terjalin antara dirinya dan Sephia bukanlah hubungan yang menjanjikan indahnya jalinan dua insan dalam balutan kasih dan sayang, lelaki yang sebelumnya seolah takkan mampu melupakan apalagi meninggalkan dia, memutuskan untuk pergi dari kekasih gelapnya itu.

Kisah Sephia yang mengharap abadi dalam jalinan terlarang sebatas kekasih gelap itu berujung tragis dengan perpisahan tanpa hangatnya pelukan dan sendunya lambaian tangan. Hiks .... Melalui lantunan duta, Eros memutuskan agar Si Lelaki tak lagi datang, pulang, atau menemui Sephia. Ah, kejamnya Eros! Dia tak pernah mengerti betapa penatnya nangis di kamar mandi. Sendiri, lagi!

Tapi, ternyata tak sesuram itu juga, sih! Mungkin, terlalu lama kita terbuai gambaran kelam soal nasib kekasih gelap yang ada di salah hitnya Sheila on 7 sekira dua dasawarsa lalu itu. Beranjak waktu, sekarang, bisa jadi kita malah sepakat bahwa Sephia justru bernasib baik. Ya, nasib Sephia yang ditinggalkan kekasihnya tadi tergolong beruntung.

Ini bukan tentang orang sunda yang selalu beruntung dalam kondisi seapes apapun, ya! "Untung cuma lecet doang, nggak sampe patah tulang,", "Patah tulang aja kok, untung masih bisa selamat. Padahal ...,", atau bahkan, "Untung langsung mati! Kalo hidup juga kasian." Nah, loh!? Qana'ah tingkat tinggi! Mangap betul, dah!

Dalam konteks hubungan gelap yang mustahil seindah hubungan normal, ujung kisah Sephia yang ditinggalkan kekasih ilegalnya adalah ending terbaik untuk sebuah awal yang baru. Awal yang lebih baik, tentunya; bukan kesempatan cari kekasih gelap baru lainnya!

Lebih kurang seminggu lalu, kamu pasti tahu kan, kejadian heboh tentang penemuan potongan tubuh manusia di Banyumas dalam kondisi hangus terbakar? Yup, bener! Yang ada beritanya di tv itu, loh. Wkkk... Ya, iyalah. Masa iya, buat berita kriminal stasiun TV pake tebang pilih segala.

Siapa sangka coba, jika ternyata peristiwa super sadis itu dilatari oleh sebuah hubungan gelap? Minimnya petunjuk di TKP dan sudah tidak dapat dikenalinya korban--bahkan untuk jenis kelamin sekali pun, saya sendiri tak punya tebakan ke arah sana. Yang ada cuma yakin, pelakunya pasti makhluk yang sudah tak waras.

Ya, tak waras sebagaimana dasar terjalinnya hubungan gelap itu tadi. Mohon maaf, tanpa maksud menambah duka keluarga korban, dalam kapasitas otak saya yang alhamdulillah sampai saat ini masih normal, bagaimana bisa seorang ASN senior, mapan, istri, dan juga seorang ibu, mampu memutuskan untuk menjadi seorang kekasih gelapnya lelaki yang baru dua bulan dikenalnya. Lewat facebook, lagi!

Please, deh! Media sosial, semacam Facebook, tak lebih dari etalase kebohongan bagi sebagian orang (oknum) yang tak puas dengan kehidupan mereka di dunia nyata! Ups, oknum ya, oknum, bukan kamu!

Berharap menggapai indah dari hubungan via medsos tak akan kurang berkelok dibanding perjalanan dari Bandung ke Subang via ciater; pake elf, duduk di depan dengan kaki kiri di jok penumpang sementara kaki kanan di jok sopir. Haha ....

Dijamin, hampir tidak mungkin kamu bisa menikmati pemandangan kebun teh sambil sesekali "nundutan" selama perjalan tersebut. Meski iya, kelihatannya indah, nyaman, dan menggoda, tapi ketenangan takkan pernah kamu dapatkan di samping bau keteknya Sang Sopir. Percaya, deh! Tak perlu kamu cari pembuktian untuk itu.

Begitulah hubungan gelap (mereun). Hal tabu yang bukan hanya terlarang tapi juga berbahaya. Nyatanya, hal tersebut bisa berakibat pelakunya sampai kehilangan segalanya. Simpanlah pesan-pesan orang soal anak yang menjadi korban, toh jika kamu sudah berani sampai ke titik tersebut, posisi anak sebagai buah hati tak lagi lebih berarti dari buah-buah lainnya. Haha .... Harta, harga diri, bahkan nyawa sendiri, menjadi pertaruhan yang, mungkin, sebelumnya tak pernah disadari tapi tetap saja harus dipenuhi demi membayar harga dari pemenuhan nafsu hewani yang kamu cari. Naif! Maaf, terbawa emosi.

Poinnya, mmh ... apa ya? Standarnya petuah sih, seperti biasanya artikel sok bijak sebelum-sebelumnya. Tapi, kok sekarang saya jadi males mengakhiri tulisan dengan kalimat semisal, "Karena itu sadarlah ... Bla ...bla ...bla," mirip pengkhutbah yang tengah bernasehat pada jama'ah berseragam wah. Takutnya, jangan-jangan yang nyimak malah tertawa dan nyinyirin saya mirip yang baru beres pesantren kilat atau semangat hijrah sebatas ngikut tren biar nambah followers saja.

Dunia tak searif yang kita kira, pemirsa! Ini jaman kebebasan, lakukan apa yang ingin kamu lakukan, seolah fungsi kontrol mulai ngadat karena orang malah ragu bahwa tegurnya tak bakal jadi masalah yang malah merugikan dirinya sendiri.

Sebagian kita yang meski tak taat-taat amat tapi masih sungkan dengan norma dan aturan, mungkin tak pernah mengira bahwa di luar sana, nalar sudah beranjak jauh dari acuan bernama sadar. Sadar bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga, sebagaimana soundtracknya keluarga cemara; keluarga yang merupakan tempat pertama harusnya berisi orang-orang yang kita percaya dan curahkan segala perasaan kita; dan sadar, bahwa orang lain akan menghargai diri kita jika kita juga memberi harga yang layak bagi diri sendiri.

Tapi sudahlah, bukankah Bang Iwan saja tak mau diinterupsi untuk masalah moral dan akhlak bahkan oleh seorang presiden sekali pun? Mmh ... apa memang kebanyakan kita sudah ada di jalur pemikiran yang demikian, Gaees? Semoga saja tidak; karena ingat, kalimat yang paling Allah benci adalah saat seseorang menasehati temannya, "Bertakwalah kepada Allah!", namun dia menjawab, "Urus saja dirimu sendiri!" (HR. Baihaqi yang dishahihkan Al-Albani dalam Shahihah No. 2598).

Gitu aja ya, Gaes! Mohon maaf bila ada yang tak berkenan dan obrolin saja sama keluarga jika kamu lagi punya duit. Bukan waktu ada masalah doang, dong! Haha ....

Papi Badar
Bandung, 150719. Buat tantangan grup Penafriend, clue! "kekasih gelap".

*nundutan: kondisi tidur yang tak sempurna (sunda). Biasanya terjadi saat berkendara, nonton film garing, atau baca tulisan yang ngebosenin. Semoga bukan tulisan ini. Hehe.

#penafriend #kekasihgelap #selingkuh

Komentar

  1. Bagus Kang... tulisan Kang Andris mah selalu bagus...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh... Terharu. Makasih, Mbak Rin 😀

      Hapus
  2. Hihi, asa teu kudu nundutan...

    BalasHapus
  3. Terangkanlah arti "nundutan"
    Aku ra mudeng 😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoknya itu prestisius sekali, Mbak😂😂😂

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya