Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Kolom Santri, Inilah Koran 09122016

Gambar
Antara Perkataan dan Perbuatan Oleh: Andris Susanto Pagi itu, kamis 01 Desember 2016, sepeda motorku yang melaju di Jalan Soekarno-Hatta dipaksa melambat selepas melewati kantor dinas sebuah kementrian di kawasan gede bage. Sedikit kesal mendapati hambatan di perjalananku menuju kantor, hampir saja aku menggerutu sambil terus mengikuti mobil depan yang juga jalan perlahan. Namun, segera perasaan kesal itu hilang. Ada damai dan syahdu yang kurasakan sampai mendorong air mata ini meleleh saat melewati rombongan pejalan kaki yang tak henti melantunkan shalawat dan takbir. Ternyata, kafilah ciamis yang beritanya sampai mendunia itu berada tepat di sampingku. Nyata, bukan hanya beritanya. Aura yang menyejukan dipadu ghirah yang menggetarkan turut aku rasakan. Ingin rasanya, saya hentikan laju motor, menyalami, memeluk, dan ikut serta dalam perjalanan mereka. Namun, air mata yang kuteteskan adalah jawaban atas keterbatasan diri yang masih memiliki kewajiban lain untuk dijalan

Perbedaan Arti Properti, Personal Properti, Real Properti, dan Real Estate

Gambar
Ilustrasi Nilai Properti Tak diragukan lagi, hampir tiap orang pernah mendengar bahkan mengucap kata "real estate". Namun, sudah pahamkah kita makna sebenarnya dari kata real estate? Coba, apa yang ada di benak Anda ketika mendengar frasa real estate ? Perumahan elit? Yup, Anda tidak salah jika mengikut pada pemahaman kebanyakan orang. Bahkan, dengan keheranan, saya sempat menemukan makna real estate sebagai hunian mewah atau lux diadopsi di salah satu poin dalam petunjuk pelaksanaan / juklak perusahaan yang melayani kredit kepemilikan rumah. Poin di juklak tersebut intinya menyebutkan, rumah yang berada di kawasan yang dalam dua tahun terakhir pernah terendam banjir, masih bisa dibiayai dengan beberapa syarat yang salah satunya adalah kawasan real estate. Tentu, yang dimaksud di sini adalah kawasan elit, mewah, dengan penghuni yang bertaraf ekonomi tingkat atas. Saya cukup prihatin melihatnya. Jika kita sebagai orang awam, bolehlah, menggunakan dua kata t

Sawah, Sebuah Cerpen

Gambar
Sawah Sudah sangat berbeda, pesawahan itu kini tinggal menyisakan dua garis pematang yang memisahkan 3 sisi petak-petak sawah di kiri dan kanannya. Panjang masing-masing pematang tak lebih dari 200 meter. Jumlah petak sawahnya pun tinggal tujuh belas. Persis usiaku sekarang. Kontras dengan 13 tahun lalu saat aku dan bapakku sering duduk di pinggir pematang yang sudah dilapis semen dan lebih mirip jalan gang daripada galengan . Sedari dulu, pematang tengah pesawahan ini memang telah dibuat lebih kokoh karena difungsikan bukan sekedar pembatas hak para pemilik sawah tetapi juga jalan penghubung antara kampungku dengan jalan desa. Karenanya, pematang ini lebih sering diinjaki ban sepeda motor daripada kaki kerbau yang hendak membajak sawah. Kerbau yang membajak sawah. Ya, itulah alasanku kerap kali merengek minta jalan-jalan ke sawah pada bapakku. Biasanya, bapakku sudah duduk di kursi depan ditemani kopi hitam beraroma khas. Jika aroma kopi sudah kucium, mata sepet